Orang boleh menilai apa saja tentang diriku, terutama para pembaca Rumah
Seks,
bagiku itu tidak masalah, karena memang kenyataan itulah yang pernah
kualami selama ini. Kurasa banyak juga wanita di muka bumi ini, yang
sebenarnya juga punya banyak petualangan sex, namun belum ada yang
berani mengungkapkannya.
Kenapa mesti takut dan malu? Itu semua hak kita, memangnya hanya
laki-laki saja yang punya hasrat dan libido? Wanita juga punya, hanya
mereka biasanya malu dan takut mengungkapkannya, apa lagi untuk
menyalurkannya. Lain halnya denganku, apa yang kumau kujalani saja apa
adanya, yang penting aku belum mau ada ikatan.
Banyak juga yang mengatakan kalau hubungan antar suami istri pasti lebih
nikmat, karena ada dasar saling mencintai,
siapa bilang? Banyak juga kaum istri yang merasa tidak puas dan tidak
mengalami orgasme karena sang suami melakukannya dengan cepat tanpa
foreplay dan tidak peduli apakah lawan mainnya sudah puas atau belum,
yang penting dirinya sudah orgasme. Akibatnya apa yang dilakukan sang
istri? Mau nyeleweng juga takut, mau masturbasi malu, walau terkadang
ada juga yang sembunyi-sembunyi melakukan masturbasi, Hi.. hi.. hii..!
Kacian deh loe!
Kali ini akan kuceritakan
pengalaman pertamaku melakukan hubungan sex atau make love (ML) yang
sebenarnya. Ini kulakukan saat aku memasuki bangku kuliah di Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya. Aku memang kuliah di sana mengambil jurusan
kedokteran hewan. Di antara teman cowokku saat itu, yang paling akrab
denganku adalah Charles, anaknya cukup ganteng dan pandai.
Namun sayangnya Charles akhirnya tidak meneruskan kuliahnya karena dia
merasa patah hati denganku (bukan GR lho!). Charles memang merupakan
cowok yang pertama kali merasakan mahkota kegadisanku, kulakukan semua
itu dengan suka rela tanpa ada tuntutan.
Kuanggap saat itu kami memang saling suka sama suka dan saling
membutuhkan, bukan berarti itu sebagai suatu ikatan yang mana aku harus
bersedia menjadi istri Charles kelak. Hal inilah yang membuat Charles
akhirnya harus terpukul dan patah hati, karena setelah kupersembahkan
mahkota kegadisanku, Charles merasa harus bertanggung jawab dan akan
menikahiku. Sedangkan aku tidak ingin mendapat ikatan apa-apa, maka
akhirnya Charles patah hati dan berhenti kuliah, sejak saat itu aku juga
tidak tahu dia ada dimana, kalau seandainya saat ini di manapun Charles
berada dan sedang membaca kisahku ini, aku mohon maaf, bukannya aku
bermaksud menyakiti hatinya, tapi begitulah aku, Natalia yang masih
tetap seperti yang dulu.
Sejak awal perkenalanku dengan Charles, kami memang telah merasa saling
cocok satu sama lain. Banyak hal yang kami selalu lakukan dan lalui
bersama, entah bagaimana perasaan Charles padaku saat itu, namun aku
menganggap Charles tak lebih sebagai seorang teman yang akrab dan enak
diajak berbincang maupun bergaul, atau mungkin sebagai kakak yang bisa
diajak curhat misalnya.
Hubungan kami makin hari makin dekat dan akrab, kami juga mengawali
dengan saling berciuman, berpelukan sambil terkadang saling raba dan
saling remas, tentunya di tempat-tempat sepi yang memungkinkan.
Belakangan kami juga sering melakukan petting atau oral sex.
Kalau yang satu ini kami lakukan terkadang di rumahku saat tidak ada
siapa-siapa, terkadang juga di tempat kost Charles, atau di
losmen-losmen murah dengan membayar patungan, maklum Charles bukan asli
anak Surabaya, kedua orang tuanya asli dan tinggal di Medan sana.
Kami gapai kepuasan itu melalui hubungan oral sex, kami saling cium,
saling lumat dan saling cumbu. Tangan-tangan kami saling meraba dan
mengelus daerah sensitif kami masing-masing, hingga pada puncaknya kami
saling jilat dengan posisi 69. Kepala Charles membenam di
selangkanganku, mengoral vaginaku dan menjilati klitorisku.
Sebaliknya aku juga sibuk mengocok batang kemaluan Charles sambil
mulutku mengulum kepala batang kemaluannya, kujilat biji pelirnya hingga
ke bagian kepala batang kemaluannya. Awalnya aku tidak mengizinkan
sperma Charles tumpah keluar di mulutku, namun akhir-akhirnya sering
kali kubiarkan spermanya menyembur di dalam mulutku.
Bahkan beberapa kali sperma itu yang awalnya tidak sengaja tertelan
menjadi sengaja kutelan sampai habis. Memang awalnya aku merasa jijik
dan hampir mau muntah rasanya, apa lagi kalau semburan spermanya muncrat
dengan keras hingga langsung menyumbat kerongkonganku.
Memang pengalaman adalah guru yang terbaik, akhirnya aku pun terbiasa
dan boleh dibilang piawai dalam melakukan oral sex sampai lawan mainku
orgasme, dan spermanya menyembur keluar di mulutku, kemudian langsung
kutelan habis sampai bersih kembali.
Hal yang sama justru sudah dilakukan Charles sejak dari awal kami
melakukan hubungan oral sex, dan Charles pula yang mengawali mengoral
vaginaku, jauh hari sebelum aku berani dan mau melakukan oral sex pada
dirinya. Charles selalu tidak membiarkan cairan hangat yang keluar dari
dalam liang vaginaku, tumpah begitu saja membasahi sprei tempat tidur
yang kami pakai.
Charles selalu menjilat dan menelas habis semua cairan beningku saat aku
mengalami orgasme saat dioralnya, soal kenikmatan yang kualami saat
itu, sungguh sangat sulit kulukiskan dengan kata-kata, karena rasanya
tidak ada kata atau kalimat yang dapat mengartikan bagaimana nikmatnya
saat orgasme itu.
Suatu siang yang tanggal dan harinya aku sudah lupa, aku dan Charles
pulang kuliah agak siang karena memang tidak ada kegiatan di kampus.
Kuajak Charles mampir ke rumahku seperti biasanya, dan waktu itu di
rumahku juga sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku sibuk
dengan urusannya masing-masing, sedang adikku ada yang masih kuliah dan
yang kecil juga belum pulang dari sekolahnya.
Suasana dan kondisi rumahku yang kosong dan sepi memungkinkan Charles
untuk bebas mencumbuku, Charles mengawalinya dengan mencium lembut
bibirku yang tipis dan mungil. Kami saling berciuman dan berpagutan,
bibir kami saling mengulum, dan tangan kami saling meraba dan meremas
daerah-daerah yang sensitif.
Cukup lama kami bergumul di tempat tidurku, sampai akhirnya kami saling
menanggalkan busana kami masing-masing, seperti biasanya saat kami
melakukan oral sex. Lalu kami sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun
benang yang menutupi tubuh kami.
Dan cumbuan dan ciuman tadi sudah berubah menjadi jilatan yang kami
lakukan, kami saling menjilati hingga mencapai posisi favorit kami yaitu
69. Ternyata aku lebih dahulu mengalami orgasme saat melakukan oral sex
kali ini, aku benar-benar hanyut dan terobsesi dengan permainan lidah
Charles yang menyapu rata setiap bagian vaginaku.
Terus terang aku paling tidak tahan saat klitorisku dijilat apa lagi
dikulum-kulum. Biasanya darahku seakan serentak secara
bersamaan mengalir ke atas kepalaku dan berkumpul di ubun-ubun kepalaku,
kalau sudah demikian bendungan pertahananku jebol diterjang badai dan
gelombang birahiku yang dahsyat.
Namun kali ini rupanya Charles lebih lama bertahan daripada biasanya,
memang tidak biasanya Charles mampu mempertahankan orgasmenya sebegitu
lama saat kukulum batang kemaluannya. Kali ini rupanya lain, dan karena
orgasmenya tak kunjung tiba, Charles mengubah posisinya dengan menindih
tubuhku dengan posisi kami saling berhadap-hadapan.
Charles kembali mencium dan melumat bibirku, masih terasa sisi bekas
lendirku yang menempel di mulut Charles, rasanya sedikit asin dengan
aroma yang khas sekali, karena aku juga pernah menjilati jari-jariku
setelah melakukan masturbasi, saat itu jari-jariku juga dipenuhi oleh
cairan kenikmatan sisa orgasmeku.
Sambil menciumku, Charles memegang batang kemaluannya dan
menggosok-gosokkan ujung kepala batang kemaluannya di antara celah
belahan bibir vaginaku, aku merasakan geli yang bercampur kenikmatan,
ada rangsangan tersendiri yang kurasakan saat itu, sehingga membuat
liang vaginaku kembali basah dibanjiri oleh cairan birahi yang mengalir
dari dalam rahimku.
Charles mulai menusuk-nusukkan ujung kepala batang kemaluannya di celah
liang vaginaku, desakan batang kemaluannya terasa agak sakit saat
memasuki terlalu dalam ke liang vaginaku, hingga terkadang aku sedikit
tersedak dan mengaduh, namun lama kelamaan aku juga menjadi tidak tahan
dengan perlakuan seperti itu, ingin rasanya aku merasakan batang
kemaluan Charles dimasukkan lebih dalam lagi ke liang vaginaku.
Charles sepertinya juga tahu apa yang kumau, ia mulai menggosokkan
batang kemaluannya masuk lebih dalam lagi ke liang vaginaku. Aku kembali
merasakan sakit di dalam liang vaginaku yang memang belum pernah
dimasuki benda apa pun, kali ini ada sedikit rasa perih dari dalamnya.
Charles rupanya juga mengerti akan hal itu, dan ia tidak melanjutkannya
dengan gegabah, sambil sesekali meneruskan dorongannya agar batang
kemaluannya masuk lebih dalam lagi, Charles juga memberikan aku waktu
luang untuk menarik nafas menahan rasa sakit dan perih yang bercampur
nikmat di vaginaku.
Akhirnya setengah dari batang kemaluan Charles berhasil menyeruak masuk
ke dalam liang vaginaku, dan Charles mulai memompanya pelan-pelan sambil
terus melakukan tekanan hingga batang kemaluannya benar-benar dapat
masuk secara
utuh di dalam kemaluanku.
Rasa sakit dan perih yang kualami juga makin lama makin hilang berganti
dengan rasa nikmat yang selama ini belum pernah kualami. Charles makin
mempercepat pompaannya, batang kemaluannya digenjot keluar masuk di
liang vaginaku, yang makin becek oleh lendir yang tak terbendung, keluar
dari dalam rahimku.
"Oo.. Ooh! Aduu.. Uuh!"
Aku hanya bisa menyeracau tidak karuan, tanganku berusaha meraih apa
saja yang ada di sekitarku, dan kain sprei tempat tidurku yang menjadi
sasaran jambakan tanganku, kuremas kain spreiku hingga tempat tidurku
makin acak-acakan. Tubuhku sedikit bergetar, kurasakan ada sesuatu yang aneh
di dalam liang vaginaku, aku sepertinya sedang kencing namun bukan air
seniku yang mengalir keluar, namun kutahu itu adalah semburan pelumasku,
yang kembali membasahi liang vaginaku.
Vaginaku mengedut kuat meremas batang kemaluan Charles yang masih asyik
terus memompa liang vaginaku, kedutan vaginaku itu akhirnya juga membuat
pertahanan Charles ikut jebol juga. Dapat kurasakan semburan dahsyat di
dalam liang vaginaku saat Charles melepaskan orgasmenya.
Cukup lama kami berpelukan sambil posisi batang kemaluan Charles masih
tertancap di dalam liang vaginaku, kurasakan batang kemaluan Charles
pelan-pelan kembali mengecil seukuran normal di dalam liang vaginaku.
Cairan birahi kami berdua yang bercampur di dalam liang vaginaku
merembes keluar melalui celah lipatan bibir vaginaku, belakangan baru
kutahu diantara rembesan tersebut ada bercak merah yang membasahi sprei
tempat tidurku.
Selamat tinggal mahkotaku, demikian bisikku dalam hati sambil mencium
bibir Charles, orang pertama yang memberikan kepuasan sejati padaku.
E N D
Cerita yang bagus.. teruskan..
BalasHapusTumpang Iklan
Aduh..ketatnya sayang..
Abang besar sangat..eii
>>>Enlargexl:Besarkan Zakar <<<