Selamat berjumpa kembali di situs cerita sex ini kali ini ada ada sebuah cerita ngentot antara seorang anak
dengan ibu hot temannya! Berikut cerita sex yang dikirimkan ke redaksi
cerita sex Indonesia ini! Perkenalkan nama gw Bejo (nama samaran) dan gw
tinggal disebuah kota kecil di pingirang jakarta. Gw berumur 22 tahun.
gw ingin berbagi kisah mengenai kehidupan seks gw. Terus terang awalnya
gw tdk begitu mahir di bidang yang satu ini, tetapi seiring pertambahan
usia hingga menjelang SMU, bentuk kontol gw sedikit lebih besar
dibandingkan dengan teman2 seusiaku bahkan yang jauh lebih tua dariku.
Banyak dari temanku menyuruhku untuk membuka celana gw untuk melihat
seberapa besar ukuran kontol gw! Udah kaya gigolo aja gw ya!
Saat berusia 20 tahun dan merupakan tahun pertama pada masa perkuliahan,
gw berteman dengan seorang pria bernama Sakti. Ini adalah teman pertama
gw saat kuliah. Dan kami menjadi semakin akrab setiap harinya. Ia
banyak memberikan pengalaman menyenangkan kepada gw. Beberapa kali ia
melakukan kuluman pada kontolku juga dengan mengunakan tangan. Terus
terang bagiku ini sunguh nikmat sekali. Belakangan gw tahu kalau ia
pernah melakukan hal yang sama pada teman pria lain.
Suatu hari gw pergi kerumahnya seperti biasa. Dan ia tidak ada
ditempat. hanya Ibunya yang biasa gw pangil Ibu Yanti yang ada
ditempat. Kalau anda tahu aktris Angelina Jolie hampir seperti itulah
tampangnya! Seks seks gitu bro! Bentuk tubuh yang padat dan sexy,
payudara yang besar dan wajah yang minta ampun cantiknya biking w horney
melihatnya. Ibu Yanti mengatakan bahwa temanku tsb tidak ada dirumah
alias belum pulang dari tadi pagi, dan menyuruhku untuk menunggunya di
ruang tamu. Ia menawarkan pada gw secangkir kopi dan gw ucapkan terima
kasih. Saat itu ia mengunakan blouse putih halus yang membuat bentuk
tubuhnya samar2 jelas terlihat!Kamipun ngobrol ala kadarnya dan tak
disangka ia mendekatiku.
Bayangkan saat itu gw termasuk pria yang belum mengenal hubungan
seks berlawanan jenis dan ia adalah wanita yang telah berusia 40 tahun
yang tentunya memiliki pengalaman tertentu mengenai hal ini.
Tiba-tiba ia meraba selangkangan gw dan meremasnya dengan keras. Gw
terkejut dan sedikit berdiri, kemudian ia langsung menarik gw untuk
duduk kembali. Ia hanya tertawa melihat gw yang terlihat pucat dan
tidak bisa berkata apa-apa. gw hanya berpikir ia adalah ibu dari teman
akrab gw.
Sambil tersenyum ia kembali memegang bagian selangkangan gw dan gw
tetap diam membisu hanya memandangnya dengan seribu pertanyaan tanpa
jawaban. Tidak bisa kupungkiri, wajah menawan itu telah membuat kontol
gw berdiri. Dan anda tahu kalau kontol gw memiliki ukuran yang diatas
normal. Tanpa sepatah katapun ia terus mengosok kemaluan gw dan entah
setan apa yang menghingapi gw saat itu, langsung ku cium bibir tante
yanti yang seksi itu. Aduhh ini pertama kali gw berciuman dengan lawang
jenis dan rasanya melambung jauh. Darah dikepala gw seperti mau muncrat
keluar. Gwtidak begitu mahir dengan apa yang harus lidah gw mainkan
ketikan lidah Ibu Yanti merasuk dalam mulut gw.Beberapa kali kurasakan
lidahnya menyapu langit2 mulut gw, gigiku dan mengusap lidah
gw.Sementara lidahku hanya diam membisu!Sesekali ia menyedot lidah gw
dengan sangat kuat hingga pada saat lepas dari pagutan masih terdapat
air liur yang menetes pada lidah gw dan mulutnya Sungguh pengalaman yang
sangat luar biasa dan liar sekali.
Kemudian ia meminta gw untuk membuka celana yang gw pake dan melihat
kontol gw. Tapi gw menolak. Namun ia tetap memaksa dengan berkata satu
kali ini saja untuk melihatnya. Kemudian ia sedikit menurunkan blouse
bagian atasnya dan memperlihatkan bentuk payudara indahnya dan meminta
gw untuk membuka celana gw.Woooooww! Toked atau payudara itu indah
sekali dihiasi dengan kalung giok yang bergelantungan diantara payudara
tersebut membuat pemandangan menjadi semakin indah menakjubkan!mantabsss
dan maknyuss banget
Gwpun bergegas membuka celana dan sejenak ia memandang kontol gw
dengan senyumnya yang menawan. Tanpa dikomandoi apapun ia telah duduk di
bawah sambil meraih kemaluan gw. Dipegang dan diusapnya dengan halus
bagian atas kontol gw hingga tanpa terasa ada sedikit cairan yang keluar
dari penis gw ini! Tanpa sungkan segera saja Ibu Yanti melumat kontol
gw ini hingga semua tertelan dalam mulutnya. Kulihat matanya yang
terpejam menikmati penis gw dan menghisapnya dengan sangat kuat! Ibu
Yanti cukup mahir adegan seperti ini. Terkadang ia sedikit mengigit
kontol gw hingga gw tersentak kaget, tetapi ia lanjutkan kembali dengan
lumatannya yang super nikmat banget rasanya Akhirnya ia meyuruh gw
untuk melepas semua pakaian yg gw kenakan dan ia pun beraksi secara
halus dan perlahan melepaskan pakiannya sendiri satu persatu hingga
tanpa busana! Wow akhirnya memeknya keliatan!
Setelah pakaianku terlepas, ia menarikku kekamarnya. Kemudian
menjatukanku ditempat tidur. Sepengetahuan gw teknik bercinta yang gw
kenal adalah gw diatas dan ia dibawah. Tetapi nampaknya ia akan duduk
diatas gw.Ia mengatakan akan menunjukkan aksi yang sangat nikmat. Ia
mengatakan bahwa kontolku termasuk besar dan ia membutuhkan daya kontrol
terhadap kontol gw! Segera ia meraih kontol gw dan sedikit demi sedikit
ia memasukkan dalam memeknya.Ohh..memeknya sit ante hot itu terasa
hangat dan lengket. Akhirnya terbenam semua kontol gw dalam vagina
tersebut dan ia pun megoyankan kiri kanan, atas bawah dengan cepat dan
keras! Sunguh nikmat banget rasanya goyangannya mantabs banget! Sambil
mengosok payudaranya sendiri yang sudah tegang, ia pun menyodorkan
payudara indah tersebut untuk gw cicipi. Tak perlu tunggu waktu lama,
segera saja kulumat payudara tersebut hingga membuatnya semakin keras
menghentakkan pantatnya ke arah penis gw! oooooh rasanya kontol gw telah
menyentuh dinding rahimnya.
Gwpun melumat payudara tersebut dengan liarnya. Namun begitu gw
merasakan kenikmatan yang luar biasa saat melumat daging tumbuh yang
alot tersebut. Tak terasa keringat kami telah membasahi kain sprei
tempat tidur hingga akhirnya Ibu Yanti menjerit nikmat sambil melumat
mulut gw. Kurasakan cairan hangat menghinggapi kontol ku. Ibu Yanti
sudah mencapai klimaksnya. Gwpun demikian, dan saat mencapai puncaknya
gw berkata…tante gw sudah tidak tahan lagi…Ia pun segera
melanjutkan..keluarkan saja didalam…tidak apa2 kok sakti tante udah pake
KB!
Mendapat lampu hijau demikian, segera saja gw lapangkan perasaan
untuk menyelesaikan permainan ini dengan mengeluarkan sperma gw didalam
memek indahnya!Crot..crot….dan crotttt lagi…. kurasakan sampai 6 kali
kontol gw menyemprotkan sperma ke dalam memek tante yanti….dan ia pun
tersenyum manis!
Badanku terasa lemas sekali dan pandanganku sedikit berkunang!
Kurasakan sperma gw yang berkubang dalam liang memeknya nya….ohhh
rasanya lega dan nikmat sekali melihat sperma gw dikeluarkan sedikit
demi sedikit dari memeknya tante yanti!Dan Begitulah cerita Sex dewasa
gw ini dan kamipun segera menyelesaikan skandal tersebut dan akan tetap
menjadi rahasia kami berdua!Sunguh nikmat banget rasanya ngentot pertama
kali dengan pasangan lawan jenis apalagi bisa ngentot sama ibu teman
gw! Kaya film bokep My friend hot mom aja ya cerita sex dewasa gw! Tapi
ini sunguh pengalaman yang sunguh luar biasa banget bagi gw dan tak akan
pernah gw lupakan kisah ngentot ibu hot teman gw ini!
Cerita Di Blog ini di ambil dari berbagai situs. Jika ada kesamaan mohon dimaklumi.. TERIMA KASIH
Rabu, 30 Mei 2012
Cerita Ngentot Ibu Hot Teman Gw
Zaiton Episod 1 : Gelora Janda
Zaiton merupakan seorang ibu tunggal yang tinggal bersama seorang
anaknya. Zaki (14 tahun). Zaiton berumur 34 tahun. Suaminya meninggal
dunia akibat dihempap kayu balak yang di tebang di hutan, kerana
suaminya ketika itu berkerja sebagai penebang balak. Cakap saja nama Ali
balak, pasti semua orang kenal. Dengan badan yang sasa, kuat main judi,
kaki perempuan. Memang tak ada sesiapa yang berani mencabar. Tapi
sekarang, semua tu dah tak ada, dah tak de guna. Yang mati terus mati,
tapi yang ditinggalkan harus terus hidup.
Walau pun umur sudah menjangkau 30an, Zaiton tetap kelihatan masih menghairahkan. Dengan wajah yang agak sederhana, kecantikan semulajadi wanita kampung. Tubuhnya yang montok itu dihiasi dengan lengkuk tubuh yang menarik perhatian lelaki. Buah dadanya yang membusung seringkali membuai apabila berjalan hingga bentuknya jelas kelihatan dibalik t-shirt ketat yang membalut tubuhnya. Punggungnya dan pehanya memang besar dan lebar, namun tubuhnya yang lentik itu membuatkan punggung besarnya tonggek dan pehanya yang gebu itu mampu membuatkan batang lelaki mengeras menahan gelojak nafsu di dalam seluar.
Rumahnya yang agak usang itu hanya mempunyai TV sebagai bahan hiburan. Itu pun TV lama. Kerjanya yang hanya membuat kuih dan menjualnya kepada kantin sekolah, kilang dan penjaja hanya mampu menyara kehidupan mereka dua beranak. Membina rumah baru atau memperbaharui rumahnya memang diluar kemampuannya. Cukuplah sekadar duduk di rumah peninggalan arwah suaminya dan sekadar menjaganya selagi terdaya.
Rumah mereka hanya mempunyai 2 bilik tidur, ruang tamu yang agak kecil bersama perabot-perabot lama dan juga ruangan dapur yang bersambung dengan bilik air dan tandas. Bukannya tak ada orang yang mahu memperisterikan Zaiton, ada dan memang ramai. Tapi Zaiton yang belum mahu berumah tangga. Bagi Zaiton, mereka semua itu hanyalah hendak mengambil kesempatan untuk mendapatkan tubuhnya, kerana mentang-mentanglah statusnya janda, malah kehidupan terimpit. Kalau setakat nak kan tubuhnya, tak payah berkahwin pun dah tentu dia boleh berikan, tak perlu hendak bermodalkan cinta dan perkahwinan yang palsu sebagai alasan. Baginya, dirinya tidak perlu dipermainkan.
Setakat Pak Dollah tokei kedai runcit di kampung itu, sudah berkali-kali benihnya dibazirkan oleh Zaiton. Setiap kali berbelanja di kedai Pak Dollah, pasti tangannya akan pantas menangkap batang Pak Dollah di dalam kain pelikat yang dipakai dan melancapkannya hingga berhamburan air mani Pak Dollah. Perlakuannya itu akan berlaku jika hanya mereka berdua sahaja yang berada di dalam kedai, terutamanya ketika tiada pelanggan yang datang.
Pernah juga Pak Dollah meminta untuk memantat Zaiton tetapi tak pernah dapat. Semuanya itu Zaiton lakukan untuk mendapatkan barangan keperluan dari kedai Pak Dollah secara percuma. Selalu juga Zaki berasa hairan kerana setiap kali ibunya pulang dari berbelanja di kedai Pak Dollah, pasti ada kesan basah di dada baju ibunya, kadangkala kain sarung batik yang ketat membalut punggungnya juga kelihatan basah di punggung, malah pernah juga dia terperasan terdapat sedikit cairan putih yang kental melekat di bibir ibunya dan sedikit di tudung yang dipakai. Bila berkata-kata, bau benih Pak Dollah akan terbit dari mulut Zaiton. Tetapi Zaki tidak menghiraukan sangat kerana dia masih belum faham tentang permainan seks orang dewasa.
Selain daripada Pak Dollah, ada juga lelaki yang kepuasan di tangan Zaiton. Amran, petani yang selalu mengambil upah menebas rumput dan membersihkan kebun di belakang rumah Zaiton juga merupakan salah seorang mangsa Zaiton. Upah yang diberikan bukanlah dalam bentuk wang ringgit, tetapi hanya menyerahkan tubuhnya untuk santapan Amran di kebun, malah kadangkala di rumah ketika Zaki bersekolah.
Setiap kali Zaiton datang ke rumah Amran untuk memintanya membersihkan kebun, Amran sudah pastinya tidak akan menolak. Kerana dia tahu, selepas penat mengerjakan kebun, dia sekali lagi pasti akan kepenatan mengerjakan kebun gersang milik Zaiton. Dan sudah tentu penatnya berbaloi. Zaiton juga bijak memilih hari untuk Amran membersihkan kebunnya. Hari yang dipilihnya adalah bukan ketika dia dalam waktu subur. Ketika itulah dia akan menikmati perasaan nikmat ketika rahimnya di sembur oleh benih Amran.
Kini, 4 tahun sudah berlalu. Zaki sudah menamatkan persekolahannya dan oleh kerana keputusan SPMnya yang tidak baik, dia hanya menolong ibunya membuat kuih di rumah dan membersihkan kebun serta rumahnya. Amran tidak lagi mengambil tender membersihkan kebun Zaiton. Kerana dia kini sedang menunggu hukuman tali gantung akibat mengedar dadah. Sudah 2 tahun dia dipenjarakan. Nasib baik dia bukan penagih tegar, jika tidak sudah pasti virus HIV akan menamatkan riwayat Zaiton juga.
Sementara Pak Dollah sudah pun meninggal dunia akibat sakit jantung 3 tahun lepas. Segalanya berlaku selepas Zaiton membeli barangan keperluan di kedainya. Dan ketika itu sudah tentu zakar Pak Dollah akan di puaskan oleh Zaiton. Pada hari itu, Zaiton mengambil barangan di kedainya dengan agak banyak. Oleh kerana itu, Pak Dollah menginginkan Zaiton membuatkan benihnya terpancut 2 kali. Sekali di mulut Zaiton dan sekali di punggung seksinya. Ketika Pak Dollah memancutkan benihnya membasahi kain batik Zaiton di bahagian punggungnya, dia masih boleh bertahan.
Tetapi, selepas Zaiton menghisap dan membiarkan zakar Pak Dollah melepaskan benihnya di dalam mulut Zaiton, Pak Dollah sudah tidak mampu bertahan. Hisapan mulut Zaiton yang nikmat itu benar-benar membuatkan Pak Dollah hilang kawalan. Selepas selesai sahaja zakar Pak Dollah dikerjakan, Zaiton pun berlalu pergi dengan punggungnya yang basah dan mulutnya yang berbau benih Pak Dollah bersama-sama dengan barangan keperluan yang di’beli’nya di kedai Pak Dollah. Pak Dollah kemudian mengalami strok selepas terkulai kepenatan akibat kepuasan di’belasah’ Zaiton. Kini, janda Pak Dollah, mak cik Rokiah mengambil alih perniagaan peninggalan arwah suaminya.
Sesudah Amran di tangkap dan Pak Dollah mati, Zaiton tidak dapat lagi merasakan zakar lelaki. Sesekali dia hanya melancap bagi memuaskan nafsunya. Anaknya juga sudah remaja dan tinggal bersamanya, maka dia tidak mungkin mempunyai peluang untuk melakukan persetubuhan di rumahnya sebagaimana yang dilakukan bersama Amran dahulu.
Satu hari, Zaki hendak membeli beras di kedai makcik Rokiah. Selepas memberitahu ibunya, dia terus mengayuh basikal menuju ke kedai. Zaiton pula, memang menantikan saat-saat anaknya keluar dari rumah. Dia ingin melancap sepuas-puasnya dan dia mahu mengerang semahu hatinya bagi melepaskan syahwatnya yang kegersangan itu. Jika Zaki berada di rumah, dia tidak mahu melakukannya kerana bimbang anaknya akan terdengar perbuatannya itu.
Selepas kelibat Zaki hilang dari pandangannya, Zaiton terus masuk ke dalam bilik dan memulakan projeknya. Sementara di kedai, Zaki yang sudah tiba di kedai makcik Rokiah terus meminta beras sebanyak 2 kg. Makcik Rokiah yang memang mengenali Zaki kemudian menimbang beras dan memasukkan ke dalam plastik. Ketika makcik Rokiah menghulurkan bungkusan beras kepada Zaki, dia tersenyum-senyum dan merapati Zaki. Zaki yang tidak perasan dengan perubahan sikap makcik Rokiah itu pun terus menghulurkan duit bagi membayar beras itu.
“Tak payah bayarlah Zaki. Lain kali saja” kata makcik Rokiah sambil tersenyum dengan matanya yang memerhati Zaki atas dan bawah.
“Betul ke makcik, terima kasihlah. Semoga murah rezeki makcik, saya pergi dulu ye” kata Zaki selepas menerima bungkusan plastik berisi beras itu.
Tiba-tiba tangan makcik Rokiah menyambar lengan Zaki dan di tariknya anak muda itu hingga tubuh mereka rapat. Kemudian di peluknya tubuh Zaki serapat-rapatnya. Zaki yang tidak pernah merasai keadaan seumpama itu merasa kehairanan. Fikirannya bercelaru. Bonjolan buah dada makcik Rokiah yang amat besar itu menghenyak perutnya.
“Makcik, apa ni makcik? Kenapa ni?” Tanya Zaki kehairanan.
“Zaki, selepas ni, Zaki tak payah bayar apa-apa tau. Makcik bagi free je apa yang Zaki nak, tapi Zaki kena tolong makcik.” Kata makcik Rokiah sambil memeluk Zaki.
“Tolong apa makcik?” Tanya Zaki yang lurus bendul itu.
“Mari ikut makcik” kata makcik Rokiah sambil melepaskan pelukannya.
Dia kemudiannya membawa Zaki masuk ke dalam stor yang terletak di bahagian belakang dalam kedainya.
“Zaki tutup mata ye. Letak dulu beras tu kat situ.” Terang makcik Rokiah.
Zaki pun meletakkan bungkusan berasnya di atas meja dan dia pun menutup mata. Sedang dia menutup mata, tiba-tiba dia merasakan seluar pendeknya itu direntap kebawah dengan agak kuat. Ini membuatkan dia terkejut dan membuka matanya. Baru sahaja dia hendak bersuara, makcik Rokiah terus menyumbat zakar Zaki yang masih lembik itu kedalam mulutnya sambil kedua-dua tangannya memeluk punggung Zaki.
“Eh, makcik, kenapa ni? Tolonglah jangan, saya malu lah.” Kata Zaki kelam kabut.
Makcik Rokiah tidak menghiraukan Zaki, dia terus menghisap zakar Zaki dengan lahapnya. Matanya tertutup rapat seolah sedang sedap menikmati zakar anak muda yang besar itu. Zaki cuba melepaskan dirinya tetapi pelukan makcik Rokiah begitu kuat dan kemas. Zaki tidak sampai hati hendak berkasar dengan orang tua itu. Dia hanya berserah dan memerhatikan tingkah laku perempuan tua yang gersang itu berlutut dan menghisap zakarnya.
“Makcik, sudahlah. Saya malulah makcik. Janganlah buat saya macam ni. Kalau mak saya nampak habislah saya.” Kata Zaki meminta simpati.
Kelihatan makcik Rokiah langsung tidak menghiraukan kata-kata anak muda itu. Dia semakin ghairah menghisap zakar itu dan berbagai teknik hisapan dilakukan untuk merangsang Zaki. Zaki yang sedang pasrah itu tiba-tiba merasakan satu perasaan yang begitu asing dalam dirinya. Dia merasakan jantungnya semakin berdegup kencang, hatinya juga berdebar-debar, terasa seperti ada satu kenikmatan yang sedang dikecapinya. Memang Zaki tidak pernah merasai perasaan seperti itu sebelum ini. Dia tidak pernah melancap, apatah lagi bersetubuhan. Perasaan ghairah yang sebelum ini datang secara tiba-tiba ketika melihat pelajar perempuan dan cikgu perempuannya di sekolah dipadamkan dari fikiran dengan membuat kerja-kerja yang boleh membuatkannya melupakan keghairahan itu.
Tetapi kini, Zaki tidak mampu berbuat begitu. Terasa zakarnya juga semakin mengembang dan menegang di dalam mulut makcik Rosnah. Menyedari yang Zaki semakin terangsang, makcik Rosnah pun melepaskan pelukannya dan terus menghisap zakar Zaki dengan lahapnya. Zakar anak muda yang semakin menegang itu tidak mampu untuk dia telan semuanya, hanya separuh yang mampu masuk di dalam mulutnya.
Zakar Zaki agak besar dan panjang, memang sepadan dengan badannya yang bidang dan sasa kerana sudah biasa membuat kerja-kerja berat. Makcik Rosnah semakin galak menghisap zakar Zaki. Zaki yang sedang kenikmatan itu tiba-tiba teringatkan ibunya yang sendirian di rumah. Tiba-tiba hatinya risau dan dia terasa harus pulang dan inilah kesempatan yang dinantikan kerana makcik Rosnah tidak lagi memeluknya. Dengan pantas dia menarik zakarnya keluar dari mulut makcik Rosnah. Kelihatan separuh zakarnya yang masih keras itu berlumuran dengan air liur makcik Rosnah. Dengan pantas Zaki menarik seluar pendeknya ke atas dan berlari keluar menuju basikalnya bersama bungkusan beras di dalam genggaman. Basikalnya dikayuh laju meninggalkan kedai makcik Rosnah. Perasaannya berdebar-debar, tidak pernah dia berperasaan sebegitu.
Sementara makcik Rosnah pula hanya sempat berlari hingga ke pintu kedai dan hanya mampu melihat kelibat Zaki yang sudah semakin jauh. Walau pun tidak dapat, tapi makcik Rosnah tahu, satu hari nanti dia pasti akan dapat juga. Dengan mulutnya yang comot dengan air liur, dia tersenyum sendirian dan berlalu menuju ke dalam kedai.
Setelah agak jauh dari kedai makcik Rokiah, Zaki pun memperlahankan kayuhannya. Perasaannya bercelaru. Kenikmatan yang baru dirasai tadi, walau pun sekejap sudah cukup membuatkan Zaki berfikir, mungkin itulah cara manusia dewasa memuaskan nafsu. Tapi ikut mulut boleh dapat anak ke? Oh, itu mungkin salah satu cara bersetubuh. Kemudian Zaki teringat akan emaknya, dahulu selalu dia lihat emaknya pulang dengan beberapa kesan basah di tubuh dan mulutnya. Adakah emaknya juga melakukan perkara itu dengan arwah Pak Dollah? Oh tidak mungkin. Zaki bermain dengan fikirannya hinggalah sampai di rumahnya.
Kelihatan emaknya keluar dari bilik dengan wajah yang kemerahan dan hanya berkemban dengan kain batik yang disimpulkan di atas dadanya. Selepas memberikan bungkusan beras kepada emaknya, Zaki terus menuju ke bangsal belakang rumahnya dan menyiapkan tingkap-tingkap bagi menggantikan tingkap rumahnya yang sudah uzur itu.
Walau pun umur sudah menjangkau 30an, Zaiton tetap kelihatan masih menghairahkan. Dengan wajah yang agak sederhana, kecantikan semulajadi wanita kampung. Tubuhnya yang montok itu dihiasi dengan lengkuk tubuh yang menarik perhatian lelaki. Buah dadanya yang membusung seringkali membuai apabila berjalan hingga bentuknya jelas kelihatan dibalik t-shirt ketat yang membalut tubuhnya. Punggungnya dan pehanya memang besar dan lebar, namun tubuhnya yang lentik itu membuatkan punggung besarnya tonggek dan pehanya yang gebu itu mampu membuatkan batang lelaki mengeras menahan gelojak nafsu di dalam seluar.
Rumahnya yang agak usang itu hanya mempunyai TV sebagai bahan hiburan. Itu pun TV lama. Kerjanya yang hanya membuat kuih dan menjualnya kepada kantin sekolah, kilang dan penjaja hanya mampu menyara kehidupan mereka dua beranak. Membina rumah baru atau memperbaharui rumahnya memang diluar kemampuannya. Cukuplah sekadar duduk di rumah peninggalan arwah suaminya dan sekadar menjaganya selagi terdaya.
Rumah mereka hanya mempunyai 2 bilik tidur, ruang tamu yang agak kecil bersama perabot-perabot lama dan juga ruangan dapur yang bersambung dengan bilik air dan tandas. Bukannya tak ada orang yang mahu memperisterikan Zaiton, ada dan memang ramai. Tapi Zaiton yang belum mahu berumah tangga. Bagi Zaiton, mereka semua itu hanyalah hendak mengambil kesempatan untuk mendapatkan tubuhnya, kerana mentang-mentanglah statusnya janda, malah kehidupan terimpit. Kalau setakat nak kan tubuhnya, tak payah berkahwin pun dah tentu dia boleh berikan, tak perlu hendak bermodalkan cinta dan perkahwinan yang palsu sebagai alasan. Baginya, dirinya tidak perlu dipermainkan.
Setakat Pak Dollah tokei kedai runcit di kampung itu, sudah berkali-kali benihnya dibazirkan oleh Zaiton. Setiap kali berbelanja di kedai Pak Dollah, pasti tangannya akan pantas menangkap batang Pak Dollah di dalam kain pelikat yang dipakai dan melancapkannya hingga berhamburan air mani Pak Dollah. Perlakuannya itu akan berlaku jika hanya mereka berdua sahaja yang berada di dalam kedai, terutamanya ketika tiada pelanggan yang datang.
Pernah juga Pak Dollah meminta untuk memantat Zaiton tetapi tak pernah dapat. Semuanya itu Zaiton lakukan untuk mendapatkan barangan keperluan dari kedai Pak Dollah secara percuma. Selalu juga Zaki berasa hairan kerana setiap kali ibunya pulang dari berbelanja di kedai Pak Dollah, pasti ada kesan basah di dada baju ibunya, kadangkala kain sarung batik yang ketat membalut punggungnya juga kelihatan basah di punggung, malah pernah juga dia terperasan terdapat sedikit cairan putih yang kental melekat di bibir ibunya dan sedikit di tudung yang dipakai. Bila berkata-kata, bau benih Pak Dollah akan terbit dari mulut Zaiton. Tetapi Zaki tidak menghiraukan sangat kerana dia masih belum faham tentang permainan seks orang dewasa.
Selain daripada Pak Dollah, ada juga lelaki yang kepuasan di tangan Zaiton. Amran, petani yang selalu mengambil upah menebas rumput dan membersihkan kebun di belakang rumah Zaiton juga merupakan salah seorang mangsa Zaiton. Upah yang diberikan bukanlah dalam bentuk wang ringgit, tetapi hanya menyerahkan tubuhnya untuk santapan Amran di kebun, malah kadangkala di rumah ketika Zaki bersekolah.
Setiap kali Zaiton datang ke rumah Amran untuk memintanya membersihkan kebun, Amran sudah pastinya tidak akan menolak. Kerana dia tahu, selepas penat mengerjakan kebun, dia sekali lagi pasti akan kepenatan mengerjakan kebun gersang milik Zaiton. Dan sudah tentu penatnya berbaloi. Zaiton juga bijak memilih hari untuk Amran membersihkan kebunnya. Hari yang dipilihnya adalah bukan ketika dia dalam waktu subur. Ketika itulah dia akan menikmati perasaan nikmat ketika rahimnya di sembur oleh benih Amran.
Kini, 4 tahun sudah berlalu. Zaki sudah menamatkan persekolahannya dan oleh kerana keputusan SPMnya yang tidak baik, dia hanya menolong ibunya membuat kuih di rumah dan membersihkan kebun serta rumahnya. Amran tidak lagi mengambil tender membersihkan kebun Zaiton. Kerana dia kini sedang menunggu hukuman tali gantung akibat mengedar dadah. Sudah 2 tahun dia dipenjarakan. Nasib baik dia bukan penagih tegar, jika tidak sudah pasti virus HIV akan menamatkan riwayat Zaiton juga.
Sementara Pak Dollah sudah pun meninggal dunia akibat sakit jantung 3 tahun lepas. Segalanya berlaku selepas Zaiton membeli barangan keperluan di kedainya. Dan ketika itu sudah tentu zakar Pak Dollah akan di puaskan oleh Zaiton. Pada hari itu, Zaiton mengambil barangan di kedainya dengan agak banyak. Oleh kerana itu, Pak Dollah menginginkan Zaiton membuatkan benihnya terpancut 2 kali. Sekali di mulut Zaiton dan sekali di punggung seksinya. Ketika Pak Dollah memancutkan benihnya membasahi kain batik Zaiton di bahagian punggungnya, dia masih boleh bertahan.
Tetapi, selepas Zaiton menghisap dan membiarkan zakar Pak Dollah melepaskan benihnya di dalam mulut Zaiton, Pak Dollah sudah tidak mampu bertahan. Hisapan mulut Zaiton yang nikmat itu benar-benar membuatkan Pak Dollah hilang kawalan. Selepas selesai sahaja zakar Pak Dollah dikerjakan, Zaiton pun berlalu pergi dengan punggungnya yang basah dan mulutnya yang berbau benih Pak Dollah bersama-sama dengan barangan keperluan yang di’beli’nya di kedai Pak Dollah. Pak Dollah kemudian mengalami strok selepas terkulai kepenatan akibat kepuasan di’belasah’ Zaiton. Kini, janda Pak Dollah, mak cik Rokiah mengambil alih perniagaan peninggalan arwah suaminya.
Sesudah Amran di tangkap dan Pak Dollah mati, Zaiton tidak dapat lagi merasakan zakar lelaki. Sesekali dia hanya melancap bagi memuaskan nafsunya. Anaknya juga sudah remaja dan tinggal bersamanya, maka dia tidak mungkin mempunyai peluang untuk melakukan persetubuhan di rumahnya sebagaimana yang dilakukan bersama Amran dahulu.
Satu hari, Zaki hendak membeli beras di kedai makcik Rokiah. Selepas memberitahu ibunya, dia terus mengayuh basikal menuju ke kedai. Zaiton pula, memang menantikan saat-saat anaknya keluar dari rumah. Dia ingin melancap sepuas-puasnya dan dia mahu mengerang semahu hatinya bagi melepaskan syahwatnya yang kegersangan itu. Jika Zaki berada di rumah, dia tidak mahu melakukannya kerana bimbang anaknya akan terdengar perbuatannya itu.
Selepas kelibat Zaki hilang dari pandangannya, Zaiton terus masuk ke dalam bilik dan memulakan projeknya. Sementara di kedai, Zaki yang sudah tiba di kedai makcik Rokiah terus meminta beras sebanyak 2 kg. Makcik Rokiah yang memang mengenali Zaki kemudian menimbang beras dan memasukkan ke dalam plastik. Ketika makcik Rokiah menghulurkan bungkusan beras kepada Zaki, dia tersenyum-senyum dan merapati Zaki. Zaki yang tidak perasan dengan perubahan sikap makcik Rokiah itu pun terus menghulurkan duit bagi membayar beras itu.
“Tak payah bayarlah Zaki. Lain kali saja” kata makcik Rokiah sambil tersenyum dengan matanya yang memerhati Zaki atas dan bawah.
“Betul ke makcik, terima kasihlah. Semoga murah rezeki makcik, saya pergi dulu ye” kata Zaki selepas menerima bungkusan plastik berisi beras itu.
Tiba-tiba tangan makcik Rokiah menyambar lengan Zaki dan di tariknya anak muda itu hingga tubuh mereka rapat. Kemudian di peluknya tubuh Zaki serapat-rapatnya. Zaki yang tidak pernah merasai keadaan seumpama itu merasa kehairanan. Fikirannya bercelaru. Bonjolan buah dada makcik Rokiah yang amat besar itu menghenyak perutnya.
“Makcik, apa ni makcik? Kenapa ni?” Tanya Zaki kehairanan.
“Zaki, selepas ni, Zaki tak payah bayar apa-apa tau. Makcik bagi free je apa yang Zaki nak, tapi Zaki kena tolong makcik.” Kata makcik Rokiah sambil memeluk Zaki.
“Tolong apa makcik?” Tanya Zaki yang lurus bendul itu.
“Mari ikut makcik” kata makcik Rokiah sambil melepaskan pelukannya.
Dia kemudiannya membawa Zaki masuk ke dalam stor yang terletak di bahagian belakang dalam kedainya.
“Zaki tutup mata ye. Letak dulu beras tu kat situ.” Terang makcik Rokiah.
Zaki pun meletakkan bungkusan berasnya di atas meja dan dia pun menutup mata. Sedang dia menutup mata, tiba-tiba dia merasakan seluar pendeknya itu direntap kebawah dengan agak kuat. Ini membuatkan dia terkejut dan membuka matanya. Baru sahaja dia hendak bersuara, makcik Rokiah terus menyumbat zakar Zaki yang masih lembik itu kedalam mulutnya sambil kedua-dua tangannya memeluk punggung Zaki.
“Eh, makcik, kenapa ni? Tolonglah jangan, saya malu lah.” Kata Zaki kelam kabut.
Makcik Rokiah tidak menghiraukan Zaki, dia terus menghisap zakar Zaki dengan lahapnya. Matanya tertutup rapat seolah sedang sedap menikmati zakar anak muda yang besar itu. Zaki cuba melepaskan dirinya tetapi pelukan makcik Rokiah begitu kuat dan kemas. Zaki tidak sampai hati hendak berkasar dengan orang tua itu. Dia hanya berserah dan memerhatikan tingkah laku perempuan tua yang gersang itu berlutut dan menghisap zakarnya.
“Makcik, sudahlah. Saya malulah makcik. Janganlah buat saya macam ni. Kalau mak saya nampak habislah saya.” Kata Zaki meminta simpati.
Kelihatan makcik Rokiah langsung tidak menghiraukan kata-kata anak muda itu. Dia semakin ghairah menghisap zakar itu dan berbagai teknik hisapan dilakukan untuk merangsang Zaki. Zaki yang sedang pasrah itu tiba-tiba merasakan satu perasaan yang begitu asing dalam dirinya. Dia merasakan jantungnya semakin berdegup kencang, hatinya juga berdebar-debar, terasa seperti ada satu kenikmatan yang sedang dikecapinya. Memang Zaki tidak pernah merasai perasaan seperti itu sebelum ini. Dia tidak pernah melancap, apatah lagi bersetubuhan. Perasaan ghairah yang sebelum ini datang secara tiba-tiba ketika melihat pelajar perempuan dan cikgu perempuannya di sekolah dipadamkan dari fikiran dengan membuat kerja-kerja yang boleh membuatkannya melupakan keghairahan itu.
Tetapi kini, Zaki tidak mampu berbuat begitu. Terasa zakarnya juga semakin mengembang dan menegang di dalam mulut makcik Rosnah. Menyedari yang Zaki semakin terangsang, makcik Rosnah pun melepaskan pelukannya dan terus menghisap zakar Zaki dengan lahapnya. Zakar anak muda yang semakin menegang itu tidak mampu untuk dia telan semuanya, hanya separuh yang mampu masuk di dalam mulutnya.
Zakar Zaki agak besar dan panjang, memang sepadan dengan badannya yang bidang dan sasa kerana sudah biasa membuat kerja-kerja berat. Makcik Rosnah semakin galak menghisap zakar Zaki. Zaki yang sedang kenikmatan itu tiba-tiba teringatkan ibunya yang sendirian di rumah. Tiba-tiba hatinya risau dan dia terasa harus pulang dan inilah kesempatan yang dinantikan kerana makcik Rosnah tidak lagi memeluknya. Dengan pantas dia menarik zakarnya keluar dari mulut makcik Rosnah. Kelihatan separuh zakarnya yang masih keras itu berlumuran dengan air liur makcik Rosnah. Dengan pantas Zaki menarik seluar pendeknya ke atas dan berlari keluar menuju basikalnya bersama bungkusan beras di dalam genggaman. Basikalnya dikayuh laju meninggalkan kedai makcik Rosnah. Perasaannya berdebar-debar, tidak pernah dia berperasaan sebegitu.
Sementara makcik Rosnah pula hanya sempat berlari hingga ke pintu kedai dan hanya mampu melihat kelibat Zaki yang sudah semakin jauh. Walau pun tidak dapat, tapi makcik Rosnah tahu, satu hari nanti dia pasti akan dapat juga. Dengan mulutnya yang comot dengan air liur, dia tersenyum sendirian dan berlalu menuju ke dalam kedai.
Setelah agak jauh dari kedai makcik Rokiah, Zaki pun memperlahankan kayuhannya. Perasaannya bercelaru. Kenikmatan yang baru dirasai tadi, walau pun sekejap sudah cukup membuatkan Zaki berfikir, mungkin itulah cara manusia dewasa memuaskan nafsu. Tapi ikut mulut boleh dapat anak ke? Oh, itu mungkin salah satu cara bersetubuh. Kemudian Zaki teringat akan emaknya, dahulu selalu dia lihat emaknya pulang dengan beberapa kesan basah di tubuh dan mulutnya. Adakah emaknya juga melakukan perkara itu dengan arwah Pak Dollah? Oh tidak mungkin. Zaki bermain dengan fikirannya hinggalah sampai di rumahnya.
Kelihatan emaknya keluar dari bilik dengan wajah yang kemerahan dan hanya berkemban dengan kain batik yang disimpulkan di atas dadanya. Selepas memberikan bungkusan beras kepada emaknya, Zaki terus menuju ke bangsal belakang rumahnya dan menyiapkan tingkap-tingkap bagi menggantikan tingkap rumahnya yang sudah uzur itu.
Zaiton Episod 2 : Dingin Hujan Malam
Pada malam itu, hujan turun dengan agak lebat. Nasib baik atap rumahnya
yang bocor sudah ditamBal, jika tidak sudah pasti mereka anak beranak
kelam kabut menadah air hujan yang turun melalui lubang yang bocor
dengan besen dan baldi. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul
11.00malam. Mata Zaki terasa begitu susah hendak tidur. Kejadian petang
tadi benar-benar memberikannya pengalaman baru yang sukar hendak
dilupakan. Sambil dia teringatkan makcik Rokiah yang bertubuh gempal
itu, tangannya terus memegang zakarnya dan dia mengusap-usap zakarnya
mengikut pergerakan mulut makcik Rokiah yang menghisap zakarnya petang
tadi. Zakarnya semakin keras mengembang di dalam genggaman tangannya.
Zaki merasakan semakin enak dengan perlakuannya itu. Fikirannya terus
berkhayal memikirkan makcik Rokiah. Terbayang difikirannya makcik Rokiah
sedang menghisap batangnya sambil buah dada besarnya yang terselindung
di balik baju kurung dan tudung makcik Rokiah itu membuai-buai mengikut
rentak hisapannya.
Nafsu Zaki semakin tidak dapat dikawal apabila terbayang buah dada dan juga punggung makcik Rokiah yang besar itu. Terus sahaja air maninya memancut-mancut keluar dengan banyak membasahi perut dan tangannya. Zaki bergelinjangan kenikmatan. Ototnya mengejang dan nafasnya laju. Ini lah kali pertama Zaki memuntahkan air maninya. Zaki kemudiannya tertidur kepenatan dengan kain pelikatnya yang sudah terlondeh ke lutut mendedahkan zakarnya yang semakin layu dibasahi air maninya yang juga membasahi perut dan tangannya.
Sementara itu, Zaiton di bilik terasa sungguh kesunyian. Kesejukan hujan yang tidak mahu berhenti bersama guruh itu membuatkan nafsunya bergelora. Tangannya tidak henti-henti meramas buah dadanya yang membusung itu, sementara tangannya yang sebelah lagi memainkan kelentitnya dari kain batiknya yang diselakkan. Nafsunya benar-benar rindukan zakar lelaki. Terkemut-kemut lubuk berahinya yang sudah meleleh dengan air nafsu itu melayan belaian dan gentelan jarinya di kelentitnya. Wajah-wajah suaminya, Pak Dollah dan Amran silih berganti di kotak fikirannya. Terasa rindu benar dia pada belaian dan tubuh lelaki, rindu benar dia dengan tusukan zakar di cipap dan mulutnya dan dia juga merindui bau benih yang dilepaskan dari zakar-zakar yang dipuaskannya. Gelora nafsunya hampir membuatkannya berada di kemuncak, tetapi tiba-tiba sahaja..
“GEDEGUMMMM!!!!!!” petir yang amat kuat kedengaran hingga membuatkan rumah papan mereka bergegar.
Nafsu Zaiton hilang serta merta. Ketakutannya mula bangkit. Jika suaminya ada disisi sudah tentu dia akan berada dalam dakapan suaminya. Tetapi kini dia sendiri. Dia berasa kesunyian dan takut dengan bunyi petir yang sabung menyabung di langit diiringi hujan yang semakin lebat.
Tiba-tiba Zaiton teringatkannya anaknya, Zaki. Mungkin anaknya itu boleh menemaninya kerana dia takut bersendirian dalam keadaan begitu. Zaiton pun bangkit dari katil dan menuju ke bilik anaknya. Ketika masukke bilik anaknya, Zaiton terkejut. Daripada kesamaran lampu dapur yang mencuri masuk melalui atas bilik anaknya, dia nampak Zaki tertidur dengan zakarnya yang terdedah. Zaiton menghampiri anaknya dan dia nampak zakar anaknya dalam keadaan lembik, namun yang membuatkan Zaiton lebih terkejut adalah, saiz zakar anaknya amatlah besar dan panjang. Dalam keadaan yang lembik itu, saiznya sudah mengalahkan zakar Pak Dollah yang sedang stim. Besarnya juga hampir sama dengan zakar suaminya dan Amran yang sedang stim. Tidak dapat dibayangkan bagaimanakah saiznya jika anaknya itu stim nanti.
Zaiton perhatikan zakar anaknya kelihatan berkilat dan basah, begitu juga dengan perutnya. Zaiton mencolet sedikit cairan itu dan menghidunya. Ternyata itu adalah benih anaknya. Barulah dia tahu bahawa anaknya kini sudah pandai melancap. Benih anaknya itu kembali dihidu. Itulah air yang dirinduinya selama ini. Air yang dulunya seringkali dihujani ke atas dan ke dalam tubuhnya, kini terbentang di depan mata. Nafsu Zaiton tiba-tiba bangkit.
Perlahan dia merapatkan diri ke muka anaknya. Kelihatan anaknya tidur dengan nyenyak sekali, hinggakan tidak sedar akan kehadirannya. Setelah memastikan anaknya benar-benar tidur, Zaiton pun perlahan-lahan memegang zakar anaknya dan dengan nafsu yang semakin mengawal fikirannya, dia terus memasukkan zakar anaknya itu ke dalam mulutnya. Dia sudah tidak peduli tentang zakar siapa yang berada di dalam mulutnya itu. Yang penting adalah kerinduannya terhadap batang lelaki akan terubat, walau pun dengan zakar anaknya sendiri. Agak lama Zaiton merendam zakar Zaki di dalam mulutnya. Lidahnya bermain-main di seluruh zakar anaknya itu dan dia kelihatan begitu asyik menikmati air liurnya yang bercampur dengan lebihan air mani anaknya.
Sedikit demi sedikit Zaiton merasakan zakar Zaki semakin berkembang di dalam mulutnya. Zaiton semakin galak menghisap zakar anaknya sehingga zakar anaknya itu tegang sepenuhnya di dalam mulutnya. Zaiton gembira kerana rindunya kepada zakar lelaki telah terubat.
Sedang Zaiton sedap menghisap zakar Zaki, tiba-tiba dia merasakan kaki anaknya sedikit terangkat. Dengan pantas dia menarik kepalanya ke atas dan menutup zakar anaknya yang tegang dan basah berlumuran dengan air liurnya itu dengan kain pelikat anaknya yang terlondeh dari tadi. Kelihatan anaknya tersedar dan kelihatan terkejut melihatkan ibunya sedang duduk di tepi katil.
“Eh, ibu buat apa kat sini? Ibu tak tidur?” Tanya Zaki terkejut sambil kelam kabut menutup perutnya yang basah dengan sisa benihnya yang keuar ketika dia melancap tadi.
“Ibu baru je masuk, baru je ibu nak kejutkan, Zaki dah pun bangun. Kenapa kelam kabut je ni?”Tanya Zaiton buat –buat tidak tahu.
“Oh, tak de apa-apa ibu, Cuma terkejut je” terang Zaki sambil tangannya memegang kain pelikatnya menutup perutnya yang basah itu.
“Ibu takutlah, petir kuat. Hujan lebat pulak tu. Zaki temankan ibu di bilik ye..”kata Zaiton kepada anaknya sambil bangun dan menuju ke biliknya.
Zaki menurut ibunya. Dia terus bangun, membersihkan sisa air mani yang melekat di perut dan zakarnya menggunakan kain pelikat yang di pakainya. Kemudian dengan berlenggeng sahaja, dia menuju ke bilik ibunya. Ketika dia tiba di bilik ibunya, kelihatan ibunya sudah pun terlentang, dia pun terus baring di sisi ibunya. Zaiton yang sedang gila merindukan zakar itu pura-pura tidur, menunggu Zaki tidur supaya dia boleh melahap zakar Zaki sepuas-puasnya. Zaki yang telah dikejutkan itu terasa semakin susah hendak melelapkan mata. Ketika ibunya bangun sedikit melihatkan wajahnya bagi memastikan adakah anaknya itu sudah tidur atau belum, Zaki memejamkan mata berpura-pura tidur. Namun Zaiton tahu bahawa anaknya masih lagi belum tidur.
Kemudian Zaki mengiring mengadap ibunya yang terlentang di sebelahnya. Zaiton kemudiannya mengiring membelakangi Zaki dan dia bermain di dalam fikirannya tentang bagaimana hendak dia mandapatkan zakar Zaki yang besar itu. Zaki yang masih terkebil-kebil cuba hendak melelapkan matanya itu memandang susuk tubuh ibunya yang mengiring membelakanginya. Di sebalik kesamaran lampu dapur yang masuk melalui atas bilik, jelas kelihatan susuk tubuh ibunya yang hanya berkain batik dan berbaju t-shirt itu. Punggung ibunya yang besar itu kelihatan montok dibaluti kain batik dan pinggangnya yang ramping itu kelihatan menawan .
Tiba-tiba dia teringat makcik Rokiah. Secara spontan, dia terus membandingkan tubuh ibunya dengan tubuh makcik Rokiah. Walau pun makcik Rokiah mempunyai buah dada dan punggung yang besar, tetapi tubuh ibunya kelihatan lebih seksi. Ibunya tidak pendek dan tidak gempal seperti makcik Rokiah, tubuh gebunya mempunyai potongan. Buah dadanya tidak sebesar kepunyaan makcik Rokiah, tetapi sudah cukup untuk menaikkan nafsu lelaki. Besar membusung dan sedikit melayut, bila berjalan akan membuai menggoncangkan iman lelaki. Lebih-lebih lagi bila hanya t-shirt yang dipakai. Perut ibunya juga tidak terlalu buncit seperti makcik Rokiah, manakala punggung ibunya memang tiada siapa yang boleh lawan. Ibunya tonggek dan apabila berjalan pasti punggungnya yang menjadi tatapan lelaki. Punggung ibunya yang lebar dan besar itu akan bergegar di balik kain batik yang sendat membaluti pungungnya. Pehanya yang besar dan gebu memang sebahagian dari tarikan yang lelaki selalu inginkan. Perlahan-lahan zakarnya tegang dan membonjol di dalam kainnya.
Zaiton tidak pasti adakah anaknya sudah tidur atau belum. Hendak bangun melihat anaknya tetapi takut anaknya belum tidur dan hairan kenapa dia asyik bangun dan melihat mukanya. Dia tahu, anaknya kini mengiring mengadap belakangnya. Lalu dia pun mendapat akal, dia pun sedikit demi sedikit mengesot ke belakang dengan harapan punggungnya dapat menyentuh zakar anaknya. Kehangatan tubuh anaknya dapat dirasai apabila tubuhnya semakin hampir dengan tubuh anaknya. Akhirnya dia berjaya merasai sentuhan di punggungnya, dia tahu itu zakar anaknya. Zaiton pun semakin berani merapatkan belakang tubuhnya dengan tubuh Zaki. Zaki yang sedar dengan keadaan itu kehairanan kenapa ibunya semakin rapat menghampirinya. Dalam kehairanan itu, nafasnya semakin bergelora kerana zakarnya yang tegang itu menyentuh punggung ibunya yang montok itu.
“Ibu tak tidur lagi?” Tanya Zaki perlahan Terperanjat Zaiton.
Rupa-rupanya anaknya masih lagi belum terlelap. Namun dia tidak mengubah posisinya yang semakin menghimpit tubuh anaknya itu.
“Ibu sejuklah nak. Peluk ibu sayang.” Kata Zaiton perlahan seolah memancing anaknya.
Zaki pun terus merapatkan tubuhnya memeluk Zaiton dari belakang. Zakarnya kini semakin keras dan rapat menyentuh punggung ibunya. Zaiton sedar zakar anaknya sudah benar-benar tegang, lalu dengan perlahan-lahan dia menekan-nekan punggungnya ke belakang supaya dapat merasakan zakar anaknya dengan lebih jelas. Zaki yang terangsng oleh perbuatan ibunya itu pun turut menekan-nekan zakarnya merapati punggung montok ibunya, tangannya pula semakin rapat memeluk ibunya dan sesekali jarinya menyentuh buah dada ibunya yang tidak bercoli itu. Dengan tenang Zaiton cuba memegang zakar anaknya, tangannya menyambar ketulan daging besar yang tegang di dalam kain Zaki. Zaki hanya diam membiarkan tindakan ibunya. Melihatkan Zaki yang tidak membantah, dia terus menggenggam zakar lelaki yang menjadi kerinduannya itu. Di lancapkan lembut zakar Zaki yang menegang di dalam kain pelikat.
Zaki pula menikmati perbuatan ibunya dan dia semakin berani memegang buah dada ibunya dan meramasnya lembut. Memang besar buah dada ibunya. Tapak tangannya tidak mampu memegang keseluruhan buah dada emaknya yang melayut itu. Tangannya kemudian beralih mengusap-usap pelipat peha emaknya yang montok berlemak itu. Di genggam perlahan dengan perasaan geram.
Zaiton kemudiannya menarik kain anaknya ke atas tanpa melihatnya dan terus menyambar zakar anaknya tanpa lagi halangan dari kain pelikatnya. Di lancapkan zakar anaknya semahu hatinya. Zaki yang kenikmatan diperlakukan begitu mendengus kenikmatan. Zaiton sedar anaknya sudah pun terangsang, begitu juga dirinya. Cipapnya sudah pun berair apabila memegang zakar anaknya tadi. Lantas dia melepaskan zakar anaknya dan perlahan-lahan menarik kain batiknya ke atas pinggang. Zakar Zaki semakin mengembang apabila melihatkan punggung ibunya yang putih melepak itu tonggek dan montok tanpa ditutup seurat benang. Zaiton perlahan menarik zakar Zaki dan mendorongnya untuk berada di celah kelengkangnya. Zaki yang tahu kehendak ibunya pun menyorong zakarnya betul-betul di kelengkang ibunya. Terasa kehangatan cipap ibunya yang sudah basah itu menyentuh batang zakarnya. Zaiton menikmati kehangatan zakar anaknya di celah kelengkangnya, dia tahu anaknya belum pernah menikmati pengalaman begitu, lalu dia pun menggerakkan punggungnya ke hadapan dan kebelakang, menikmati zakar anaknya yang tegang bergeser di muara cipapnya yang basah itu.
Hujan sudah pun reda, hanya gerimis yang tinggal. Namun gelora dua beranak itu masih lagi belum reda. Bunyi berdecit hasil geselan zakar Zaki dengan cipap Zaiton yang semakin lecun itu kedengaran memenuhi segenap biliknya. Zaiton kemudiannya berhenti menghayun punggungnya, dia rasa sudah sampai masanya untuk melakukan sesuatu yang lebih nikmat. Giannya kepada batang lelaki semakin meluap-luap. Zaiton pun memegang zakar Zaki dari kelengkang hadapannya dan mendorong kepala zakar anaknya itu supaya masuk ke lubuk nikmat miliknya. Sedikit demi sedikit zakar anaknya dimasukkan ke dalam cipapnya. Zaki yang kenikmatan diperlakukan begitu membiarkan ibunya memasukkan zakarnya kedalam cipap ibunya sedikit demi sedikit.
Akhirnya zakar Zaki memenuhi rongga faraj ibunya hingga Zaiton terasa sedikit senak apabila pangkal rahimnya ditekan-tekan oleh zakar anaknya. Dia tahu zakar anaknya yang besar dan panjang itu masih lagi belum tenggalam sepenuhnya, hanya itulah had maksimum muatan cipapnya. Ternyata saiz zakar Zaki benar-benar diluar fikirannya. Cipapnya mengemut-ngemut zakar Zaki dan ini menerbitkan rasa berahi yang mendalam untuk Zaki. Zaiton menyedari anaknya hanya menahan kenikmatan dan tidak tahu untuk berbuat apa-apa kerana tiada pengalaman. Lantas dia menghayunkan punggungnya ke depan dan belakang membuatkan zakar anaknya keluar masuk cipapnya yang sendat dengan zakar itu. Zaiton benar-benar kenikmatan walaupun dia tahu zakar itu adalah zakar anaknya, darah dagingnya sendiri, tetapi nafsu sudah menguasai fikirannya. Kerinduannya terhadap zakar lelaki membuatkannya lupa akan semua itu.
Zaki yang sudah faham selepas merasakan zakarnya keluar masuk cipap ibunya pun terus memeluk ibunya dan meramas-ramas buah dada ibunya yang masih berbalut t-shirt itu sambil dia terus menghenjut zakarnya keluar masuk cipap yang penuh nikmat itu. Dia benar-benar merasakan kenikmatan. Mereka tidak berkata-kata walau sepatah dari mula adegan hingga ke detik itu. Hanya desahan kenikmatan yang terbit dari mulut kedua-dua makhluk terkutuk itu. Zaki terasa pelik, kenapa lambat benar rasanya hendak terpancut. Tidak seperti ketika dia melancap tadi. Manakala Zaiton yang memang sudah arif tentang seks berfikir sendirian bahawa dia mungkin akan kepuasan kerana benih anaknya akan lambat keluar akibat kesan anaknya yang melancap tadi. Zaiton pun menarik badannya ke hadapan membuatkan zakar Zaki terkeluar hingga menerbitkan bunyi PLOP!. Dia kemudiannya menonggeng dan berkeadaan seperti bersujud.
“Zaki, masukkan sekarang nak. Buat ibu sekarang” katanya yang kenikmatan dalam keadaan menonggeng itu.
Punggung tonggeknya yang tidak tertutup kerana kain batiknya sudah diselakkan tadi melentik menonggeng menggoda ghairah anaknya. Melihatkan ibunya yang dalam keadaan mengghairahkan itu, nafsu Zaki benar-benar tercabar. Terus dia bangun dan memasukkan zakarnya dari belakang ibunya yang menonggeng itu. Di tekan zakarnya hingga terbenam rapat ke pangkal rahim Zaiton.
“OOOhhhhhhhh….” Rintih Zaiton kenikmatan
“Sayanggg.. hayun cepat sayanggg.. ibu tak tahannnn….” Pinta Zaiton
Tanpa banyak bicara, Zaki terus menghayun zakarnya keluar masuk cipap ibunya yang seksi itu.
“Ohhh.. ibuuu… sedapnyaaa… uuhhhhh…” Zaki merintih kesedapan apabila Zaiton mengemut zakarnya yang keluar masuk cipapnya.
“Zaki… uuhhhh… sedapnya batang kauuu….. Laju lagiii… ibu nak sampaiii” rintih ibunya.
Zaki meneruskan hayunannya, tangannya tak henti meramas-ramas punggung ibunya yang besar dan montok itu. Sesekali dipegangnya pinggang ibunya dan menariknya supaya punggung ibunya menghenyak zakarnya lebih dalam. Tiba-tiba, Zaki merasakan zakarnya dihimpit dengan kuat. Hampir tidak bergerak zakarnya di dalam cipap ibunya. Serentak dengan itu, ibunya menggiggil dan otot-otot tubuhnya mengejang. Suaranya juga seperti hendak menangis. Kemudian ibunya mendengus seperti seekor kuda dan otot tubuhnya juga semakin longgar. Punggungnya semakin dilentikkan membuatkan zakar Zaki terbenam menghimpit pangkal rahimnya dengan kuat. Zaki dapat merasakan rongga cipap ibunya semakin licin dan cairan yang meleleh keluar setiap kali dia menarik zakarnya seolah tidak mahu berhenti meleleh.
Zaki tidak dapat menahan kenikmatan kerana hayunannya semakin licin. Dia semakin tidak dapat mengawal keadaan. Zaiton sedar dengan keadaan itu dia semakin melentikkan punggung tonggeknya yang besar itu supaya keghairahan Zaki berada di tahap paling maksimum. Dia sedar bahawa ketika itu dia dalam waktu subur, tetapi kerana keghairahannya untuk merasakan cipapnya dibanjiri benih lelaki, dia sudah tidak peduli itu semua. Dia sudah tidak memikirkan risiko yang bakal mendatang. Kerinduannya yang dahaga selama beberapa tahun itu menghilangkan kewarasannya dikuasai oleh nafsu iblis.
“Ibuuu… Zaki tak tahhh…hannn….” Rintih Zaki Zaiton menyedari zakar anaknya semakin berkembang di dalam cipapnya dan hayunan anaknya juga semakin hilang arah.
Temponya berbeza-beza dan serentak dengan itu dia merasakan anaknya menekan zakarnya sedalam-dalamnya dan Zaiton semakin melentikkan punggungnya menerima tujahan nikmat zakar Zaki. Tiba-tiba.. Cruuttt!! Cruutt!! Cruuttt!! Berdas-das air mani Zaki memancut memenuhi segenap ruang rahim Zaiton.
“Ooooohhhh… ibuuu…. Sedappnyaaa….” Rintih Zaki kenikmatan
“Ahhhhhh… panasnyaa…. Sedapnya nakkkk…. Pancuttt lagi nakkkk….”
Rayu Zaiton yang kesedapan menikmati cipapnya dipenuhi benih anaknya yang panas itu sambil cipapnya mengemut-ngemut zakar anaknya yang berdenyut-denyut itu, seolah memerah supaya jangan ada setitik pun yang tidak dipancutkan. Zaki menggigil menahan kenikmatan. Pertama kali dalam hidupnya menikmati lubang syahwat wanita dan memuntahkan benihnya di dalam. Fikirannya seolah-olah terawang di udara. Nafasnya semakin perlahan danpeluh menitik dari dahinya. Kemudian dia menarik zakarnya keluar dari cipap ibunya dan terus terlentang kenikmatan. Zaiton yang masih menonggeng itu mengemut-ngemut cipapnya yang penuh dengan benih anaknya. Terasa seperti lubangnya semakin besar selepas dihentam oleh zakar besar milik anaknya. Kemudian dia terbaring dan terus mendakap tubuh Zaki sambil kepalanya dilabuhkan di dada Zaki yang tidak berbaju.
Dipeluknya tubuh anaknya itu persis sepasang suami isteri yang kepuasan setelah bahtera yang dilayarkan terdampar di persisiran pantai. Zaki yang keletihan setelah pertama kali menikmati erti persetubuhan terus terlena sementara Zaiton masih lagi berada dalam dakapan anak bujangnya itu. Tidak sedikit pun terasa penyesalan di hatinya, malah dia benar-benar gembira kerana kini dia sudah ada zakar yang mampu memuaskan nafsunya. Zakar yang boleh didapati pada bila-bila masa, tidak kira waktu dan tempat, tanpa halangan. Meskipun dia sedar, dia baru sahaja berzina dengan anak kandungnya. Akhirnya mereka terlena kepuasan.
Nafsu Zaki semakin tidak dapat dikawal apabila terbayang buah dada dan juga punggung makcik Rokiah yang besar itu. Terus sahaja air maninya memancut-mancut keluar dengan banyak membasahi perut dan tangannya. Zaki bergelinjangan kenikmatan. Ototnya mengejang dan nafasnya laju. Ini lah kali pertama Zaki memuntahkan air maninya. Zaki kemudiannya tertidur kepenatan dengan kain pelikatnya yang sudah terlondeh ke lutut mendedahkan zakarnya yang semakin layu dibasahi air maninya yang juga membasahi perut dan tangannya.
Sementara itu, Zaiton di bilik terasa sungguh kesunyian. Kesejukan hujan yang tidak mahu berhenti bersama guruh itu membuatkan nafsunya bergelora. Tangannya tidak henti-henti meramas buah dadanya yang membusung itu, sementara tangannya yang sebelah lagi memainkan kelentitnya dari kain batiknya yang diselakkan. Nafsunya benar-benar rindukan zakar lelaki. Terkemut-kemut lubuk berahinya yang sudah meleleh dengan air nafsu itu melayan belaian dan gentelan jarinya di kelentitnya. Wajah-wajah suaminya, Pak Dollah dan Amran silih berganti di kotak fikirannya. Terasa rindu benar dia pada belaian dan tubuh lelaki, rindu benar dia dengan tusukan zakar di cipap dan mulutnya dan dia juga merindui bau benih yang dilepaskan dari zakar-zakar yang dipuaskannya. Gelora nafsunya hampir membuatkannya berada di kemuncak, tetapi tiba-tiba sahaja..
“GEDEGUMMMM!!!!!!” petir yang amat kuat kedengaran hingga membuatkan rumah papan mereka bergegar.
Nafsu Zaiton hilang serta merta. Ketakutannya mula bangkit. Jika suaminya ada disisi sudah tentu dia akan berada dalam dakapan suaminya. Tetapi kini dia sendiri. Dia berasa kesunyian dan takut dengan bunyi petir yang sabung menyabung di langit diiringi hujan yang semakin lebat.
Tiba-tiba Zaiton teringatkannya anaknya, Zaki. Mungkin anaknya itu boleh menemaninya kerana dia takut bersendirian dalam keadaan begitu. Zaiton pun bangkit dari katil dan menuju ke bilik anaknya. Ketika masukke bilik anaknya, Zaiton terkejut. Daripada kesamaran lampu dapur yang mencuri masuk melalui atas bilik anaknya, dia nampak Zaki tertidur dengan zakarnya yang terdedah. Zaiton menghampiri anaknya dan dia nampak zakar anaknya dalam keadaan lembik, namun yang membuatkan Zaiton lebih terkejut adalah, saiz zakar anaknya amatlah besar dan panjang. Dalam keadaan yang lembik itu, saiznya sudah mengalahkan zakar Pak Dollah yang sedang stim. Besarnya juga hampir sama dengan zakar suaminya dan Amran yang sedang stim. Tidak dapat dibayangkan bagaimanakah saiznya jika anaknya itu stim nanti.
Zaiton perhatikan zakar anaknya kelihatan berkilat dan basah, begitu juga dengan perutnya. Zaiton mencolet sedikit cairan itu dan menghidunya. Ternyata itu adalah benih anaknya. Barulah dia tahu bahawa anaknya kini sudah pandai melancap. Benih anaknya itu kembali dihidu. Itulah air yang dirinduinya selama ini. Air yang dulunya seringkali dihujani ke atas dan ke dalam tubuhnya, kini terbentang di depan mata. Nafsu Zaiton tiba-tiba bangkit.
Perlahan dia merapatkan diri ke muka anaknya. Kelihatan anaknya tidur dengan nyenyak sekali, hinggakan tidak sedar akan kehadirannya. Setelah memastikan anaknya benar-benar tidur, Zaiton pun perlahan-lahan memegang zakar anaknya dan dengan nafsu yang semakin mengawal fikirannya, dia terus memasukkan zakar anaknya itu ke dalam mulutnya. Dia sudah tidak peduli tentang zakar siapa yang berada di dalam mulutnya itu. Yang penting adalah kerinduannya terhadap batang lelaki akan terubat, walau pun dengan zakar anaknya sendiri. Agak lama Zaiton merendam zakar Zaki di dalam mulutnya. Lidahnya bermain-main di seluruh zakar anaknya itu dan dia kelihatan begitu asyik menikmati air liurnya yang bercampur dengan lebihan air mani anaknya.
Sedikit demi sedikit Zaiton merasakan zakar Zaki semakin berkembang di dalam mulutnya. Zaiton semakin galak menghisap zakar anaknya sehingga zakar anaknya itu tegang sepenuhnya di dalam mulutnya. Zaiton gembira kerana rindunya kepada zakar lelaki telah terubat.
Sedang Zaiton sedap menghisap zakar Zaki, tiba-tiba dia merasakan kaki anaknya sedikit terangkat. Dengan pantas dia menarik kepalanya ke atas dan menutup zakar anaknya yang tegang dan basah berlumuran dengan air liurnya itu dengan kain pelikat anaknya yang terlondeh dari tadi. Kelihatan anaknya tersedar dan kelihatan terkejut melihatkan ibunya sedang duduk di tepi katil.
“Eh, ibu buat apa kat sini? Ibu tak tidur?” Tanya Zaki terkejut sambil kelam kabut menutup perutnya yang basah dengan sisa benihnya yang keuar ketika dia melancap tadi.
“Ibu baru je masuk, baru je ibu nak kejutkan, Zaki dah pun bangun. Kenapa kelam kabut je ni?”Tanya Zaiton buat –buat tidak tahu.
“Oh, tak de apa-apa ibu, Cuma terkejut je” terang Zaki sambil tangannya memegang kain pelikatnya menutup perutnya yang basah itu.
“Ibu takutlah, petir kuat. Hujan lebat pulak tu. Zaki temankan ibu di bilik ye..”kata Zaiton kepada anaknya sambil bangun dan menuju ke biliknya.
Zaki menurut ibunya. Dia terus bangun, membersihkan sisa air mani yang melekat di perut dan zakarnya menggunakan kain pelikat yang di pakainya. Kemudian dengan berlenggeng sahaja, dia menuju ke bilik ibunya. Ketika dia tiba di bilik ibunya, kelihatan ibunya sudah pun terlentang, dia pun terus baring di sisi ibunya. Zaiton yang sedang gila merindukan zakar itu pura-pura tidur, menunggu Zaki tidur supaya dia boleh melahap zakar Zaki sepuas-puasnya. Zaki yang telah dikejutkan itu terasa semakin susah hendak melelapkan mata. Ketika ibunya bangun sedikit melihatkan wajahnya bagi memastikan adakah anaknya itu sudah tidur atau belum, Zaki memejamkan mata berpura-pura tidur. Namun Zaiton tahu bahawa anaknya masih lagi belum tidur.
Kemudian Zaki mengiring mengadap ibunya yang terlentang di sebelahnya. Zaiton kemudiannya mengiring membelakangi Zaki dan dia bermain di dalam fikirannya tentang bagaimana hendak dia mandapatkan zakar Zaki yang besar itu. Zaki yang masih terkebil-kebil cuba hendak melelapkan matanya itu memandang susuk tubuh ibunya yang mengiring membelakanginya. Di sebalik kesamaran lampu dapur yang masuk melalui atas bilik, jelas kelihatan susuk tubuh ibunya yang hanya berkain batik dan berbaju t-shirt itu. Punggung ibunya yang besar itu kelihatan montok dibaluti kain batik dan pinggangnya yang ramping itu kelihatan menawan .
Tiba-tiba dia teringat makcik Rokiah. Secara spontan, dia terus membandingkan tubuh ibunya dengan tubuh makcik Rokiah. Walau pun makcik Rokiah mempunyai buah dada dan punggung yang besar, tetapi tubuh ibunya kelihatan lebih seksi. Ibunya tidak pendek dan tidak gempal seperti makcik Rokiah, tubuh gebunya mempunyai potongan. Buah dadanya tidak sebesar kepunyaan makcik Rokiah, tetapi sudah cukup untuk menaikkan nafsu lelaki. Besar membusung dan sedikit melayut, bila berjalan akan membuai menggoncangkan iman lelaki. Lebih-lebih lagi bila hanya t-shirt yang dipakai. Perut ibunya juga tidak terlalu buncit seperti makcik Rokiah, manakala punggung ibunya memang tiada siapa yang boleh lawan. Ibunya tonggek dan apabila berjalan pasti punggungnya yang menjadi tatapan lelaki. Punggung ibunya yang lebar dan besar itu akan bergegar di balik kain batik yang sendat membaluti pungungnya. Pehanya yang besar dan gebu memang sebahagian dari tarikan yang lelaki selalu inginkan. Perlahan-lahan zakarnya tegang dan membonjol di dalam kainnya.
Zaiton tidak pasti adakah anaknya sudah tidur atau belum. Hendak bangun melihat anaknya tetapi takut anaknya belum tidur dan hairan kenapa dia asyik bangun dan melihat mukanya. Dia tahu, anaknya kini mengiring mengadap belakangnya. Lalu dia pun mendapat akal, dia pun sedikit demi sedikit mengesot ke belakang dengan harapan punggungnya dapat menyentuh zakar anaknya. Kehangatan tubuh anaknya dapat dirasai apabila tubuhnya semakin hampir dengan tubuh anaknya. Akhirnya dia berjaya merasai sentuhan di punggungnya, dia tahu itu zakar anaknya. Zaiton pun semakin berani merapatkan belakang tubuhnya dengan tubuh Zaki. Zaki yang sedar dengan keadaan itu kehairanan kenapa ibunya semakin rapat menghampirinya. Dalam kehairanan itu, nafasnya semakin bergelora kerana zakarnya yang tegang itu menyentuh punggung ibunya yang montok itu.
“Ibu tak tidur lagi?” Tanya Zaki perlahan Terperanjat Zaiton.
Rupa-rupanya anaknya masih lagi belum terlelap. Namun dia tidak mengubah posisinya yang semakin menghimpit tubuh anaknya itu.
“Ibu sejuklah nak. Peluk ibu sayang.” Kata Zaiton perlahan seolah memancing anaknya.
Zaki pun terus merapatkan tubuhnya memeluk Zaiton dari belakang. Zakarnya kini semakin keras dan rapat menyentuh punggung ibunya. Zaiton sedar zakar anaknya sudah benar-benar tegang, lalu dengan perlahan-lahan dia menekan-nekan punggungnya ke belakang supaya dapat merasakan zakar anaknya dengan lebih jelas. Zaki yang terangsng oleh perbuatan ibunya itu pun turut menekan-nekan zakarnya merapati punggung montok ibunya, tangannya pula semakin rapat memeluk ibunya dan sesekali jarinya menyentuh buah dada ibunya yang tidak bercoli itu. Dengan tenang Zaiton cuba memegang zakar anaknya, tangannya menyambar ketulan daging besar yang tegang di dalam kain Zaki. Zaki hanya diam membiarkan tindakan ibunya. Melihatkan Zaki yang tidak membantah, dia terus menggenggam zakar lelaki yang menjadi kerinduannya itu. Di lancapkan lembut zakar Zaki yang menegang di dalam kain pelikat.
Zaki pula menikmati perbuatan ibunya dan dia semakin berani memegang buah dada ibunya dan meramasnya lembut. Memang besar buah dada ibunya. Tapak tangannya tidak mampu memegang keseluruhan buah dada emaknya yang melayut itu. Tangannya kemudian beralih mengusap-usap pelipat peha emaknya yang montok berlemak itu. Di genggam perlahan dengan perasaan geram.
Zaiton kemudiannya menarik kain anaknya ke atas tanpa melihatnya dan terus menyambar zakar anaknya tanpa lagi halangan dari kain pelikatnya. Di lancapkan zakar anaknya semahu hatinya. Zaki yang kenikmatan diperlakukan begitu mendengus kenikmatan. Zaiton sedar anaknya sudah pun terangsang, begitu juga dirinya. Cipapnya sudah pun berair apabila memegang zakar anaknya tadi. Lantas dia melepaskan zakar anaknya dan perlahan-lahan menarik kain batiknya ke atas pinggang. Zakar Zaki semakin mengembang apabila melihatkan punggung ibunya yang putih melepak itu tonggek dan montok tanpa ditutup seurat benang. Zaiton perlahan menarik zakar Zaki dan mendorongnya untuk berada di celah kelengkangnya. Zaki yang tahu kehendak ibunya pun menyorong zakarnya betul-betul di kelengkang ibunya. Terasa kehangatan cipap ibunya yang sudah basah itu menyentuh batang zakarnya. Zaiton menikmati kehangatan zakar anaknya di celah kelengkangnya, dia tahu anaknya belum pernah menikmati pengalaman begitu, lalu dia pun menggerakkan punggungnya ke hadapan dan kebelakang, menikmati zakar anaknya yang tegang bergeser di muara cipapnya yang basah itu.
Hujan sudah pun reda, hanya gerimis yang tinggal. Namun gelora dua beranak itu masih lagi belum reda. Bunyi berdecit hasil geselan zakar Zaki dengan cipap Zaiton yang semakin lecun itu kedengaran memenuhi segenap biliknya. Zaiton kemudiannya berhenti menghayun punggungnya, dia rasa sudah sampai masanya untuk melakukan sesuatu yang lebih nikmat. Giannya kepada batang lelaki semakin meluap-luap. Zaiton pun memegang zakar Zaki dari kelengkang hadapannya dan mendorong kepala zakar anaknya itu supaya masuk ke lubuk nikmat miliknya. Sedikit demi sedikit zakar anaknya dimasukkan ke dalam cipapnya. Zaki yang kenikmatan diperlakukan begitu membiarkan ibunya memasukkan zakarnya kedalam cipap ibunya sedikit demi sedikit.
Akhirnya zakar Zaki memenuhi rongga faraj ibunya hingga Zaiton terasa sedikit senak apabila pangkal rahimnya ditekan-tekan oleh zakar anaknya. Dia tahu zakar anaknya yang besar dan panjang itu masih lagi belum tenggalam sepenuhnya, hanya itulah had maksimum muatan cipapnya. Ternyata saiz zakar Zaki benar-benar diluar fikirannya. Cipapnya mengemut-ngemut zakar Zaki dan ini menerbitkan rasa berahi yang mendalam untuk Zaki. Zaiton menyedari anaknya hanya menahan kenikmatan dan tidak tahu untuk berbuat apa-apa kerana tiada pengalaman. Lantas dia menghayunkan punggungnya ke depan dan belakang membuatkan zakar anaknya keluar masuk cipapnya yang sendat dengan zakar itu. Zaiton benar-benar kenikmatan walaupun dia tahu zakar itu adalah zakar anaknya, darah dagingnya sendiri, tetapi nafsu sudah menguasai fikirannya. Kerinduannya terhadap zakar lelaki membuatkannya lupa akan semua itu.
Zaki yang sudah faham selepas merasakan zakarnya keluar masuk cipap ibunya pun terus memeluk ibunya dan meramas-ramas buah dada ibunya yang masih berbalut t-shirt itu sambil dia terus menghenjut zakarnya keluar masuk cipap yang penuh nikmat itu. Dia benar-benar merasakan kenikmatan. Mereka tidak berkata-kata walau sepatah dari mula adegan hingga ke detik itu. Hanya desahan kenikmatan yang terbit dari mulut kedua-dua makhluk terkutuk itu. Zaki terasa pelik, kenapa lambat benar rasanya hendak terpancut. Tidak seperti ketika dia melancap tadi. Manakala Zaiton yang memang sudah arif tentang seks berfikir sendirian bahawa dia mungkin akan kepuasan kerana benih anaknya akan lambat keluar akibat kesan anaknya yang melancap tadi. Zaiton pun menarik badannya ke hadapan membuatkan zakar Zaki terkeluar hingga menerbitkan bunyi PLOP!. Dia kemudiannya menonggeng dan berkeadaan seperti bersujud.
“Zaki, masukkan sekarang nak. Buat ibu sekarang” katanya yang kenikmatan dalam keadaan menonggeng itu.
Punggung tonggeknya yang tidak tertutup kerana kain batiknya sudah diselakkan tadi melentik menonggeng menggoda ghairah anaknya. Melihatkan ibunya yang dalam keadaan mengghairahkan itu, nafsu Zaki benar-benar tercabar. Terus dia bangun dan memasukkan zakarnya dari belakang ibunya yang menonggeng itu. Di tekan zakarnya hingga terbenam rapat ke pangkal rahim Zaiton.
“OOOhhhhhhhh….” Rintih Zaiton kenikmatan
“Sayanggg.. hayun cepat sayanggg.. ibu tak tahannnn….” Pinta Zaiton
Tanpa banyak bicara, Zaki terus menghayun zakarnya keluar masuk cipap ibunya yang seksi itu.
“Ohhh.. ibuuu… sedapnyaaa… uuhhhhh…” Zaki merintih kesedapan apabila Zaiton mengemut zakarnya yang keluar masuk cipapnya.
“Zaki… uuhhhh… sedapnya batang kauuu….. Laju lagiii… ibu nak sampaiii” rintih ibunya.
Zaki meneruskan hayunannya, tangannya tak henti meramas-ramas punggung ibunya yang besar dan montok itu. Sesekali dipegangnya pinggang ibunya dan menariknya supaya punggung ibunya menghenyak zakarnya lebih dalam. Tiba-tiba, Zaki merasakan zakarnya dihimpit dengan kuat. Hampir tidak bergerak zakarnya di dalam cipap ibunya. Serentak dengan itu, ibunya menggiggil dan otot-otot tubuhnya mengejang. Suaranya juga seperti hendak menangis. Kemudian ibunya mendengus seperti seekor kuda dan otot tubuhnya juga semakin longgar. Punggungnya semakin dilentikkan membuatkan zakar Zaki terbenam menghimpit pangkal rahimnya dengan kuat. Zaki dapat merasakan rongga cipap ibunya semakin licin dan cairan yang meleleh keluar setiap kali dia menarik zakarnya seolah tidak mahu berhenti meleleh.
Zaki tidak dapat menahan kenikmatan kerana hayunannya semakin licin. Dia semakin tidak dapat mengawal keadaan. Zaiton sedar dengan keadaan itu dia semakin melentikkan punggung tonggeknya yang besar itu supaya keghairahan Zaki berada di tahap paling maksimum. Dia sedar bahawa ketika itu dia dalam waktu subur, tetapi kerana keghairahannya untuk merasakan cipapnya dibanjiri benih lelaki, dia sudah tidak peduli itu semua. Dia sudah tidak memikirkan risiko yang bakal mendatang. Kerinduannya yang dahaga selama beberapa tahun itu menghilangkan kewarasannya dikuasai oleh nafsu iblis.
“Ibuuu… Zaki tak tahhh…hannn….” Rintih Zaki Zaiton menyedari zakar anaknya semakin berkembang di dalam cipapnya dan hayunan anaknya juga semakin hilang arah.
Temponya berbeza-beza dan serentak dengan itu dia merasakan anaknya menekan zakarnya sedalam-dalamnya dan Zaiton semakin melentikkan punggungnya menerima tujahan nikmat zakar Zaki. Tiba-tiba.. Cruuttt!! Cruutt!! Cruuttt!! Berdas-das air mani Zaki memancut memenuhi segenap ruang rahim Zaiton.
“Ooooohhhh… ibuuu…. Sedappnyaaa….” Rintih Zaki kenikmatan
“Ahhhhhh… panasnyaa…. Sedapnya nakkkk…. Pancuttt lagi nakkkk….”
Rayu Zaiton yang kesedapan menikmati cipapnya dipenuhi benih anaknya yang panas itu sambil cipapnya mengemut-ngemut zakar anaknya yang berdenyut-denyut itu, seolah memerah supaya jangan ada setitik pun yang tidak dipancutkan. Zaki menggigil menahan kenikmatan. Pertama kali dalam hidupnya menikmati lubang syahwat wanita dan memuntahkan benihnya di dalam. Fikirannya seolah-olah terawang di udara. Nafasnya semakin perlahan danpeluh menitik dari dahinya. Kemudian dia menarik zakarnya keluar dari cipap ibunya dan terus terlentang kenikmatan. Zaiton yang masih menonggeng itu mengemut-ngemut cipapnya yang penuh dengan benih anaknya. Terasa seperti lubangnya semakin besar selepas dihentam oleh zakar besar milik anaknya. Kemudian dia terbaring dan terus mendakap tubuh Zaki sambil kepalanya dilabuhkan di dada Zaki yang tidak berbaju.
Dipeluknya tubuh anaknya itu persis sepasang suami isteri yang kepuasan setelah bahtera yang dilayarkan terdampar di persisiran pantai. Zaki yang keletihan setelah pertama kali menikmati erti persetubuhan terus terlena sementara Zaiton masih lagi berada dalam dakapan anak bujangnya itu. Tidak sedikit pun terasa penyesalan di hatinya, malah dia benar-benar gembira kerana kini dia sudah ada zakar yang mampu memuaskan nafsunya. Zakar yang boleh didapati pada bila-bila masa, tidak kira waktu dan tempat, tanpa halangan. Meskipun dia sedar, dia baru sahaja berzina dengan anak kandungnya. Akhirnya mereka terlena kepuasan.
Zaiton Episod 3 : Luahan Berahi Cinta
Zaki sibuk menyiapkan tingkap di bangsal belakang rumahnya selepas
pulang dari menghantar kuih di pekan. Kelihatan beberapa ukiran untuk
dinding dan tiang rumah yang di tempah sudah siap untuk di serahkan
kepada pembeli. Sedang dia sibuk menyiapkan kerjanya, terpandang ibunya
membawa dulang berisi air dan kuih ke padanya.
“Minum dulu nak.” Kata ibunya sambil menghulurkan gelas berisi air sirap kepada anaknya.
Zaki pun minum perlahan-lahan sambil diperhatikan ibunya, kemudian dia meletakkan gelas yang sudah luak separuh airnya itu ke dalam dulang. Masing-masing tidak berkata apa-apa. Hanya melemparkan pandangan yang kosong ke arah kebun buah-buahan yang kemas terjaga rapi itu. Masing-masing kelu untuk bersuara, lantaran kejadian malam sebelumnya yang memberikan kepuasan kepada mereka anak beranak.
“Zaki tak rasa menyesal ke?” Tanya ibunya.
Zaki diam sejenak, dia merenung peha ibunya yang gebu itu. Kemudian dia berkata.
“Mula-mula tu menyesal juga, tapi sedaplah bu. Ibu pun cantik, lebih cantik dari makcik Rokiah.” Kata Zaki perlahan
“Maafkan ibu, sebenarnya ibu tak tahan… “ kata Zaiton sambil meletakkan tapak tangannya di pangkal peha Zaki, mengenai zakar Zaki yang bersembunyi di dalam seluar itu.
Menyedari tangan ibunya mengenai zakarnya, serta merta zakarnya mencanak naik di dalam seluar pendek yang dipakainya. Ibunya sedar dan terus mengusap-usap zakar anaknya yang mula mengembang itu.
“Ibu, Zaki sayangkan ibu, Zaki takkan meninggalkan ibu” Mendengar kata-kata anaknya itu, hati Zaiton berasa sebak.
Terus sahaja dia merapatkan wajahnya ke muka anaknya dan di kucup bibir anak muda itu. Perasaan berahinya mula bangkit, lantas dia memainkan lidahnya didalam mulut anaknya sambil tangannya mengeluarkan zakar anaknya dari seluar pendek yang anaknya pakai. Tangannya merocoh lembut zakar yang tegang didalam genggamannya. Kemudian dia melepaskan kucupan di bibir anaknya dan bersandar pada bahu anaknya sambil melihat zakar anaknya yang tegang berkilat itu. Zaki pun memaut bahu Zaiton dan mengusap-usap bahunya sementara tangan yang sebelah lagi meramas-ramas buah dada ibunya yang membusung di dalam baju.
Zaiton membiarkan perbuatan anaknya. Dia menyukainya. Hatinya terasa aman dan berdebar, seolah sedang berada dalam dakapan seorang kekasih. Zaki juga begitu. Dia terasa berdebar-debar tatkala bersama ibunya. Zaki yang tidak pernah jatuh cinta itu mula merasakan debaran cinta yang ibunya ciptakan. Dia kemudiannya memegang peha ibunya dan di ramas-ramas lembut.
“Ibu… Zaki tak tahanlah. Ibu… seksi begini..” kata Zaki gugup.
“Seksi macammana yang Zaki maksudkan. Boleh ibu tahu…” Tanya ibunya manja sambil tangannya merocoh zakar anaknya.
“Err.. tetek ibu besar.. bulat, melayut. Boleh kepit pisang kat tengah-tengah..” kata Zaki
Mendengar kata-kata Zaki itu, serta merta ibunya ketawa kecil sambil mencubit kecil peha Zaki.
“Selain tu?” Tanya ibunya lagi.
“errr… bontot ibu besarlah.. Bulat.. Tonggek pulak tu… Bila berjalan mesti bergegar. Zaki tak tahan lah tengok lenggok ibu.. “ kata Zaki
“Hmm.. selera anakku ini semakin matang. Macam arwah bapaknya, Amran dan Pak Dollah. Masing-masing suka bontot aku.” Getus hati Zaiton setelah mendengar pengakuan Zaki.
“Ohh.. jadi Zaki suka lah dengan ibu? “ Tanya Zaiton kepada anaknya.
“Suka.. uuhhhh… ohhhhh….” Jawab Zaki yang sedang kenikmatan akibat dilancapkan oleh Zaiton.
“Ibu pun suka Zaki. Seluruh tubuh ibu rela serahkan, asalkan Zaki berjanji…” kata Zaiton sambil tangannya masih meneruskan melancap zakar anaknya.
“ohhh… ibuuu.. janjiii.. appaa..?” tanya Zaki kenikmatan.
“Zaki kena janji tak akan bagi tahu orang lain, tentang perhubungan kita… “ kata ibunya
“Zaki janji ibuu… ohhh… sayanggg…”kata Zaki yang semakin kenikmatan.
Melihatkan kepala zakar anaknya yang semakin kembang berkilat, Zaiton menelan air liurnya. Seleranya kepada zakar anaknya yang sedang dilancapkan itu meluap-luap. Dia kemudiannya menundukkan kepala dan menjilat lubang kencing anaknya. Menggeliat Zaki diperlakukan begitu. Kemudian, jilatannya turun ke batang zakar hingga ke pangkal. Kemudian, Zaiton terus menyuap zakar Zaki ke dalam mulutnya dan dihisapnya dengan agak lama sebelum terus mengolomnya keluar masuk mulutnya.
“ummphhh… ummphhh…” Zaiton bersuara pelik ketika zakar anaknya penuh didalam mulutnya.
Memang dia benar-benar bernafsu pada ketika itu. Air pelincir cipapnya mula terbit membasahi muara lubuk birahnya. Apa yang ada di fikirannya ketika itu hanyalah untuk menikmati zakar muda yang gagah itu. Kelihatan dia menikmati zakar Zaki penuh nafsu dengan mata putihnya sahaja yang kelihatan.
Sementara Zaki yang sedang enak di perlakukan ibunya itu, semakin tidak keruan dan bergelora nafsunya. Nafsunya benar-benar memuncak tatkala melihatkan kepala ibunya yang turun naik melahap zakarnya yang keras itu. Tangannya tak henti meraba punggung dan kepala ibunya. Kain batik yang ketat membaluti punggung ibunya benar-benar mempesonakan pandangan hingga membawa nafsunya ke puncak yang paling tinggi. Zaiton sedar bahawa benih anaknya akan terpancut. Zakar dan urat-uratnya semakin mengembang di dalam mulut Zaiton. Dia ingin Zaki memuntahkan benihnya di dalam mulutnya. Dia ingin menikmati rasa dan bau benih lelaki yang sudah lama dirindui itu.
Tidak berapa lama kemudian, Zaiton merasakan peha anaknya semakin mengejang. Serentak dengan itu, dia merasakan tekaknya menerima pancutan yang bertubi-tubi dari zakar anaknya. Berdenyut-denyut dia merasakan zakar anaknya yang keras itu melepaskan benih. Di sedut dan di telan benih Zaki hingga kering kantung zakar milik anaknya. Mulutnya yang tadi penuh dengan benih anaknya kini tiada setitik pun yang tertinggal.
Zaki pula, merasakan dirinya seperti berada di khayalan. Zakarnya yang merasakan kehangatan mulut ibunya itu terasa ngilu di kepala takuknya dimainkan lidah Zaiton. Menggigil tubuhnya menahan kenikmatan ciptaan mulut ibunya.
Selepas merasakan tiada lagi pancutan yang dilepaskan, Zaiton pun menarik kepalanya mengeluarkan zakar anaknya yang berkilat berlumuran dengan air liurnya itu. Zaki pun terus rebah terlentang di pangkin bangsal kayunya itu. Melihatkan anaknya yang sudah tidak bermaya, Zaiton pun terus bersama merebahkan badannya mendakap Zaki yang terlentang kepenatan.
“Ibu.. Zaki sayang ibu..” Kata Zaki yang keletihan sambil terus mendakap tubuh ibunya erat.
“Ibu juga sayang Zaki… “ Zaiton meluahkan perasaan kepada anaknya dan kemudiannya mendongak mendapatkan bibir anaknya.
Mereka berkucupan laksana sepasang kekasih. Zaki dapat menghidu bau benihnya dari mulut ibunya. Tapi dia tidak menghiraukan kerana perasaan cintanya begitu membara. Zaiton pula sudah melupakan statusnya sebagai ibu. Baginya, Zaki sudah seperti suami barunya. Suami yang sanggup memberikan kepuasan batin kepadanya. Perasaan sayang antara ibu dan anak kini dirasakan hilang. Yang wujud hanyalah perasaan cinta yang amat mendalam bagai seorang isteri kepada suaminya.
“Minum dulu nak.” Kata ibunya sambil menghulurkan gelas berisi air sirap kepada anaknya.
Zaki pun minum perlahan-lahan sambil diperhatikan ibunya, kemudian dia meletakkan gelas yang sudah luak separuh airnya itu ke dalam dulang. Masing-masing tidak berkata apa-apa. Hanya melemparkan pandangan yang kosong ke arah kebun buah-buahan yang kemas terjaga rapi itu. Masing-masing kelu untuk bersuara, lantaran kejadian malam sebelumnya yang memberikan kepuasan kepada mereka anak beranak.
“Zaki tak rasa menyesal ke?” Tanya ibunya.
Zaki diam sejenak, dia merenung peha ibunya yang gebu itu. Kemudian dia berkata.
“Mula-mula tu menyesal juga, tapi sedaplah bu. Ibu pun cantik, lebih cantik dari makcik Rokiah.” Kata Zaki perlahan
“Maafkan ibu, sebenarnya ibu tak tahan… “ kata Zaiton sambil meletakkan tapak tangannya di pangkal peha Zaki, mengenai zakar Zaki yang bersembunyi di dalam seluar itu.
Menyedari tangan ibunya mengenai zakarnya, serta merta zakarnya mencanak naik di dalam seluar pendek yang dipakainya. Ibunya sedar dan terus mengusap-usap zakar anaknya yang mula mengembang itu.
“Ibu, Zaki sayangkan ibu, Zaki takkan meninggalkan ibu” Mendengar kata-kata anaknya itu, hati Zaiton berasa sebak.
Terus sahaja dia merapatkan wajahnya ke muka anaknya dan di kucup bibir anak muda itu. Perasaan berahinya mula bangkit, lantas dia memainkan lidahnya didalam mulut anaknya sambil tangannya mengeluarkan zakar anaknya dari seluar pendek yang anaknya pakai. Tangannya merocoh lembut zakar yang tegang didalam genggamannya. Kemudian dia melepaskan kucupan di bibir anaknya dan bersandar pada bahu anaknya sambil melihat zakar anaknya yang tegang berkilat itu. Zaki pun memaut bahu Zaiton dan mengusap-usap bahunya sementara tangan yang sebelah lagi meramas-ramas buah dada ibunya yang membusung di dalam baju.
Zaiton membiarkan perbuatan anaknya. Dia menyukainya. Hatinya terasa aman dan berdebar, seolah sedang berada dalam dakapan seorang kekasih. Zaki juga begitu. Dia terasa berdebar-debar tatkala bersama ibunya. Zaki yang tidak pernah jatuh cinta itu mula merasakan debaran cinta yang ibunya ciptakan. Dia kemudiannya memegang peha ibunya dan di ramas-ramas lembut.
“Ibu… Zaki tak tahanlah. Ibu… seksi begini..” kata Zaki gugup.
“Seksi macammana yang Zaki maksudkan. Boleh ibu tahu…” Tanya ibunya manja sambil tangannya merocoh zakar anaknya.
“Err.. tetek ibu besar.. bulat, melayut. Boleh kepit pisang kat tengah-tengah..” kata Zaki
Mendengar kata-kata Zaki itu, serta merta ibunya ketawa kecil sambil mencubit kecil peha Zaki.
“Selain tu?” Tanya ibunya lagi.
“errr… bontot ibu besarlah.. Bulat.. Tonggek pulak tu… Bila berjalan mesti bergegar. Zaki tak tahan lah tengok lenggok ibu.. “ kata Zaki
“Hmm.. selera anakku ini semakin matang. Macam arwah bapaknya, Amran dan Pak Dollah. Masing-masing suka bontot aku.” Getus hati Zaiton setelah mendengar pengakuan Zaki.
“Ohh.. jadi Zaki suka lah dengan ibu? “ Tanya Zaiton kepada anaknya.
“Suka.. uuhhhh… ohhhhh….” Jawab Zaki yang sedang kenikmatan akibat dilancapkan oleh Zaiton.
“Ibu pun suka Zaki. Seluruh tubuh ibu rela serahkan, asalkan Zaki berjanji…” kata Zaiton sambil tangannya masih meneruskan melancap zakar anaknya.
“ohhh… ibuuu.. janjiii.. appaa..?” tanya Zaki kenikmatan.
“Zaki kena janji tak akan bagi tahu orang lain, tentang perhubungan kita… “ kata ibunya
“Zaki janji ibuu… ohhh… sayanggg…”kata Zaki yang semakin kenikmatan.
Melihatkan kepala zakar anaknya yang semakin kembang berkilat, Zaiton menelan air liurnya. Seleranya kepada zakar anaknya yang sedang dilancapkan itu meluap-luap. Dia kemudiannya menundukkan kepala dan menjilat lubang kencing anaknya. Menggeliat Zaki diperlakukan begitu. Kemudian, jilatannya turun ke batang zakar hingga ke pangkal. Kemudian, Zaiton terus menyuap zakar Zaki ke dalam mulutnya dan dihisapnya dengan agak lama sebelum terus mengolomnya keluar masuk mulutnya.
“ummphhh… ummphhh…” Zaiton bersuara pelik ketika zakar anaknya penuh didalam mulutnya.
Memang dia benar-benar bernafsu pada ketika itu. Air pelincir cipapnya mula terbit membasahi muara lubuk birahnya. Apa yang ada di fikirannya ketika itu hanyalah untuk menikmati zakar muda yang gagah itu. Kelihatan dia menikmati zakar Zaki penuh nafsu dengan mata putihnya sahaja yang kelihatan.
Sementara Zaki yang sedang enak di perlakukan ibunya itu, semakin tidak keruan dan bergelora nafsunya. Nafsunya benar-benar memuncak tatkala melihatkan kepala ibunya yang turun naik melahap zakarnya yang keras itu. Tangannya tak henti meraba punggung dan kepala ibunya. Kain batik yang ketat membaluti punggung ibunya benar-benar mempesonakan pandangan hingga membawa nafsunya ke puncak yang paling tinggi. Zaiton sedar bahawa benih anaknya akan terpancut. Zakar dan urat-uratnya semakin mengembang di dalam mulut Zaiton. Dia ingin Zaki memuntahkan benihnya di dalam mulutnya. Dia ingin menikmati rasa dan bau benih lelaki yang sudah lama dirindui itu.
Tidak berapa lama kemudian, Zaiton merasakan peha anaknya semakin mengejang. Serentak dengan itu, dia merasakan tekaknya menerima pancutan yang bertubi-tubi dari zakar anaknya. Berdenyut-denyut dia merasakan zakar anaknya yang keras itu melepaskan benih. Di sedut dan di telan benih Zaki hingga kering kantung zakar milik anaknya. Mulutnya yang tadi penuh dengan benih anaknya kini tiada setitik pun yang tertinggal.
Zaki pula, merasakan dirinya seperti berada di khayalan. Zakarnya yang merasakan kehangatan mulut ibunya itu terasa ngilu di kepala takuknya dimainkan lidah Zaiton. Menggigil tubuhnya menahan kenikmatan ciptaan mulut ibunya.
Selepas merasakan tiada lagi pancutan yang dilepaskan, Zaiton pun menarik kepalanya mengeluarkan zakar anaknya yang berkilat berlumuran dengan air liurnya itu. Zaki pun terus rebah terlentang di pangkin bangsal kayunya itu. Melihatkan anaknya yang sudah tidak bermaya, Zaiton pun terus bersama merebahkan badannya mendakap Zaki yang terlentang kepenatan.
“Ibu.. Zaki sayang ibu..” Kata Zaki yang keletihan sambil terus mendakap tubuh ibunya erat.
“Ibu juga sayang Zaki… “ Zaiton meluahkan perasaan kepada anaknya dan kemudiannya mendongak mendapatkan bibir anaknya.
Mereka berkucupan laksana sepasang kekasih. Zaki dapat menghidu bau benihnya dari mulut ibunya. Tapi dia tidak menghiraukan kerana perasaan cintanya begitu membara. Zaiton pula sudah melupakan statusnya sebagai ibu. Baginya, Zaki sudah seperti suami barunya. Suami yang sanggup memberikan kepuasan batin kepadanya. Perasaan sayang antara ibu dan anak kini dirasakan hilang. Yang wujud hanyalah perasaan cinta yang amat mendalam bagai seorang isteri kepada suaminya.
Zaiton Episod 4 : Benih Cinta Menjadi
Selepas hari itu, kehidupan mereka bagaikan ada satu sinar baru. Mereka
bergurau senda dan bermesra tidak kira tempat dan waktu. Katil Zaki yang
dulunya menjadi tempat dia merebahkan badan kini kaku tidak terusik.
Ini kerana Zaki sudah mempunyai tempat tidur baru. Tempat tidur yang
dikongsi bersama kekasih hatinya, di bilik Zaiton.
Zaiton pula sudah semakin rajin membuat kuih. Bermacam-macam kuih kini dijualnya dan tidak ketinggalan, dia juga sudah mula pandai menjaga badan. Kalau boleh dia tidak mahu kelihatan tua. Dia ingin kelihatan seperti sebaya dengan anaknya walau pun anaknya tidak kisah dengan penampilannya sebelum ini.
Demi kasih kepada anaknya, Zaiton kini mempunyai banyak t-shirt dan kain batik untuk pakaian hariannya. Dia tahu, anaknya benar-benar bernafsu melihat punggung bulatnya yang tonggek itu ketat dibaluti kain batik yang dipakainya. Malah terdapat sebilangan kecil kain batiknya yang berlubang akibat perbuatan nakal anaknya. Sengaja Zaki melubangkan kain batik Zaiton supaya apabila ibunya memakai, lubang itu akan tepat berada di punggung ibunya dan ini memudahkan “kerja”nya tanpa perlu menyelak kain. Malah dia lebih bernafsu membalun punggung ibunya yang masih ketat dibaluti kain batik tanpa perlu menyelaknya.
Perasaan cinta Zaiton kepada Zaki semakin meluap-luap. Malah dia dengan rela menyerahkan mahkota duburnya untuk dinikmati anaknya. Zaki yang memang bernafsu dengan punggung tonggek ibunya yang bulat dan besar itu benar-benar menikmati lubang dubur milik ibunya. Hanya melalui lubang dubur ibunya sahajalah zakarnya mampu tenggelam hingga tidak kelihatan, tidak seperti lubang cipap ibunya. Malah, zakar besarnya itu hampir mengoyakkan lubang dubur ibunya ketika pertama kali mereka melakukan. Zaiton hampir keberatan hendak memberikannya lagi setelah kesakitan hingga tidak mampu untuk berjalan dengan betul, apatah lagi untuk membuang air besar. Selama seminggu dia cuti melakukan seks dengan anaknya. Namun setelah dipujuk oleh Zaki, tambahan pula seleranya kepada zakar anaknya itu memang tidak pernah padam, Zaiton kembali beraksi dengan semua rongga di tubuhnya menjadi santapan Zaki.
Pernah satu hari Zaiton berbelanja di kedai makcik Rokiah dengan kain batiknya yang mempunyai kesan basah di belahan punggung. Air mani Zaki yang memenuhi lubang duburnya membasahi kain yang dipakai manakala selebihnya meleleh di peha hingga ke betisnya. Mujurlah makcik Rokiah tidak perasan.
Bagi mereka, nafsu dan kepuasan seksual mereka memang tanpa batasan. Peradaban mereka juga telah hilang sama sekali. Dan hasil perbuatan mereka itu telah membuahkan hasil. Zaiton disahkan mengandung hasil benih Zaki yang kerap memenuhi setiap rongga nafsunya hampir setiap hari. Langsung tiada sebarang kegusaran di hati mereka. Mereka seolah lupa bahawa bayi di dalam kandungan itu adalah anak luar nikah, hasil persetubuhan mereka anak beranak.
Ketika sedang sarat, mereka tidak pernah cuti untuk melakukan persetubuhan. Tidak kira siang atau malam, baring atau berdiri dan segala-galanya seolah tanpa henti. Hanya 2 hingga 3 hari mereka ber”cuti” dalam seminggu kerana kepenatan. Rutin kehidupannya ketika dan sebelum mengandung adalah serupa.
Sepanjang mengandung, Zaiton tidak pernah keluar rumah. Dia hanya berani berada di dalam dan belakang rumah lantaran takut masyarakat tahu dengan hasil perbuatan mereka. Nasib baik rumah mereka terletak sangat jauh dari jiran-jiran yang lain.
“Ibu, saya nak ke pekan. Pelincir dah habis.” Kata Zaki setelah siap hendak menuju ke pekan sambil melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 4 petang.
Zakarnya yang dikeluarkan dari celahan zip yang dibuka kelihatan tegang di rocoh agar semakin keras.
“Beli 2 botol ye sayang.” Kata Zaiton sambil memangku menyusukan Zakuan yang sedang enak menetek ibunya.
“ Baik ibu..” kata Zaki sambil matanya menatap buah dada ibunya yang besar dan bulat itu.
Terpandang ada sisa air mani yang kering melekat di buah dada ibunya. Hasil kerjanya pagi tadi akibat terlampau ghairah dengan buah dada ibunya yang besar dan penuh dengan susu itu. Kerana terlalu bernafsu, dia menghisap buah dada ibunya hingga keluar susu dan permainannya ditamatkan dengan memancutkan benihnya di buah dada ibunya setelah zakarnya dilancapkan di celah buah dada ibunya sambil ibunya menghisap kepala zakarnya.
“Dah keras tu, marilah susukan ibu dengan batang Zaki. Ibu tak tahan ni, Zakuan ni hisap tetek ibu sampai ibu sendiri tak tahan.” Pelawa Zaiton setelah melihatkan zakar anaknya itu benar-benar keras.
Setelah Zaki dekat kepadanya Zaiton pun memegang zakar anaknya itu sambil merocoh-rocoh lembut bagi menambah keghairahan anaknya.
“Rasanya baru 2 jam Zaki pancut dalam perut ibu. Ada air lagi ke ni?” kata Zaiton sambil menggeselkan kedua pehanya bagi merasakan cipapnya yang masih licin dan basah akibat pancutan benih anaknya pada pukul 2 petang tadi.
“Ada sayang, ibu janganlah risau. Walau tak banyak, sikit pun Zaki akan bagi.” Kata Zaki sambil berdiri menikmati zakarnya dibelai ibunya yang masih duduk menyusukan Zakuan di pinggir katil.
Kemudian Zaiton pun menyuap zakar Zaki dengan lahapnya. Disedut-sedut zakar Zaki hingga membuatkan Zaki mengerang kenikmatan. Kelihatan Zakuan yang masih dipangkuan sedang enak menyusu, sementara Zaiton sedang enak memerah zakar Zaki bagi mengeluarkan susu nikmatnya.
Setelah beberapa minit, Zaki pun memancutkan benih di dalam mulut Zaiton yang sedang enak mengolom zakarnya. Benihnya agak kurang sedikit kerana Zaki telah mengeluarkannya ketika tengah hari tadi. Zaiton tidak membazirkan walau setitik benih buah hatinya itu. Di telannya air mani yang memancut membasahi tekaknya.
Setelah selesai, Zaki membetulkan seluarnya sementara Zaiton meletakkan Zakuan yang sudah pun terlena itu di atas katil. Zaiton pun kemudiannya menuju ke pintu di ruang tamu sementara Zaki menurut di belakangnya. Zaki terpandang terdapat kesan air mani yang kering di kain batik yang sendat membalut punggung ibunya yang lebar itu.
“Ibu belum tukar kain ye..” kata Zaki sambil meramas punggung Zaiton.
“Haah, ibu belum tukar lagi. Kenapa sayang?”Tanya ibunya.
“Kesan air mani Zaki masih melekat kat kain ibu.” Kata Zaki.
Zaiton pun menoleh melihat punggungnya dan memang benar ada kesan air mani yang sudah kering dikainnya.
“Zaki lah ni, malam tadi pancut dalam bontot ibu sampai penuh..” katanya sambil ketawa dan mencubit manja perut anaknya yang kekar itu.
Zaki hanya tersenyum dan mengucup bibir ibunya ketika hendak melangkah keluar dari rumah. Setelah Zaki melangkah meninggalkan rumah, Zaiton hanya berdiri di pintu rumah memerhatikan anak kecintaannya itu berjalan menuju ke simpang yang jauh di hadapan hingga hilang dari pandangan. Di lubuk hatinya, terasa berat ditinggalkan orang yang dicintai itu walau pun untuk sekejap. Tetapi tidak mengapa, perginya untuk membeli sesuatu yang penting dalam hidup mereka berdua. Sesuatu yang membantu memberikan mereka kelazatan hidup laksana suami isteri. Kelazatan melakukan secara normal atau luar tabie setelah mereka terpaksa berpuasa untuk jangka masa yang lama kerana dirinya dalam pantang.
Zaiton pun melangkah menuju ke bilik air untuk mandi dan mencuci sisa benih Zaki yang masih basah di kelengkangnya dan yang telah kering di buah dada serta di duburnya. Sementara Zaki yang sedang menunggu bas di simpang, terasa tidak sabar hendak mendapatkan apa yang ingin dibelinya untuk wanita kesayangannya itu. Wanita seksi yang sentiasa dahagakan benihnya, yang sentiasa dambakan zakarnya, yang sentiasa bersedia menerima pancutan nikmatnya tidak kira di mulut, kelengkang, punggung, buah dada dan seluruh tubuhnya. Dialah kekasihnya, dialah isterinya dan dialah… ibunya…
Zaiton pula sudah semakin rajin membuat kuih. Bermacam-macam kuih kini dijualnya dan tidak ketinggalan, dia juga sudah mula pandai menjaga badan. Kalau boleh dia tidak mahu kelihatan tua. Dia ingin kelihatan seperti sebaya dengan anaknya walau pun anaknya tidak kisah dengan penampilannya sebelum ini.
Demi kasih kepada anaknya, Zaiton kini mempunyai banyak t-shirt dan kain batik untuk pakaian hariannya. Dia tahu, anaknya benar-benar bernafsu melihat punggung bulatnya yang tonggek itu ketat dibaluti kain batik yang dipakainya. Malah terdapat sebilangan kecil kain batiknya yang berlubang akibat perbuatan nakal anaknya. Sengaja Zaki melubangkan kain batik Zaiton supaya apabila ibunya memakai, lubang itu akan tepat berada di punggung ibunya dan ini memudahkan “kerja”nya tanpa perlu menyelak kain. Malah dia lebih bernafsu membalun punggung ibunya yang masih ketat dibaluti kain batik tanpa perlu menyelaknya.
Perasaan cinta Zaiton kepada Zaki semakin meluap-luap. Malah dia dengan rela menyerahkan mahkota duburnya untuk dinikmati anaknya. Zaki yang memang bernafsu dengan punggung tonggek ibunya yang bulat dan besar itu benar-benar menikmati lubang dubur milik ibunya. Hanya melalui lubang dubur ibunya sahajalah zakarnya mampu tenggelam hingga tidak kelihatan, tidak seperti lubang cipap ibunya. Malah, zakar besarnya itu hampir mengoyakkan lubang dubur ibunya ketika pertama kali mereka melakukan. Zaiton hampir keberatan hendak memberikannya lagi setelah kesakitan hingga tidak mampu untuk berjalan dengan betul, apatah lagi untuk membuang air besar. Selama seminggu dia cuti melakukan seks dengan anaknya. Namun setelah dipujuk oleh Zaki, tambahan pula seleranya kepada zakar anaknya itu memang tidak pernah padam, Zaiton kembali beraksi dengan semua rongga di tubuhnya menjadi santapan Zaki.
Pernah satu hari Zaiton berbelanja di kedai makcik Rokiah dengan kain batiknya yang mempunyai kesan basah di belahan punggung. Air mani Zaki yang memenuhi lubang duburnya membasahi kain yang dipakai manakala selebihnya meleleh di peha hingga ke betisnya. Mujurlah makcik Rokiah tidak perasan.
Bagi mereka, nafsu dan kepuasan seksual mereka memang tanpa batasan. Peradaban mereka juga telah hilang sama sekali. Dan hasil perbuatan mereka itu telah membuahkan hasil. Zaiton disahkan mengandung hasil benih Zaki yang kerap memenuhi setiap rongga nafsunya hampir setiap hari. Langsung tiada sebarang kegusaran di hati mereka. Mereka seolah lupa bahawa bayi di dalam kandungan itu adalah anak luar nikah, hasil persetubuhan mereka anak beranak.
Ketika sedang sarat, mereka tidak pernah cuti untuk melakukan persetubuhan. Tidak kira siang atau malam, baring atau berdiri dan segala-galanya seolah tanpa henti. Hanya 2 hingga 3 hari mereka ber”cuti” dalam seminggu kerana kepenatan. Rutin kehidupannya ketika dan sebelum mengandung adalah serupa.
Sepanjang mengandung, Zaiton tidak pernah keluar rumah. Dia hanya berani berada di dalam dan belakang rumah lantaran takut masyarakat tahu dengan hasil perbuatan mereka. Nasib baik rumah mereka terletak sangat jauh dari jiran-jiran yang lain.
“Ibu, saya nak ke pekan. Pelincir dah habis.” Kata Zaki setelah siap hendak menuju ke pekan sambil melihat jam ditangannya yang menunjukkan pukul 4 petang.
Zakarnya yang dikeluarkan dari celahan zip yang dibuka kelihatan tegang di rocoh agar semakin keras.
“Beli 2 botol ye sayang.” Kata Zaiton sambil memangku menyusukan Zakuan yang sedang enak menetek ibunya.
“ Baik ibu..” kata Zaki sambil matanya menatap buah dada ibunya yang besar dan bulat itu.
Terpandang ada sisa air mani yang kering melekat di buah dada ibunya. Hasil kerjanya pagi tadi akibat terlampau ghairah dengan buah dada ibunya yang besar dan penuh dengan susu itu. Kerana terlalu bernafsu, dia menghisap buah dada ibunya hingga keluar susu dan permainannya ditamatkan dengan memancutkan benihnya di buah dada ibunya setelah zakarnya dilancapkan di celah buah dada ibunya sambil ibunya menghisap kepala zakarnya.
“Dah keras tu, marilah susukan ibu dengan batang Zaki. Ibu tak tahan ni, Zakuan ni hisap tetek ibu sampai ibu sendiri tak tahan.” Pelawa Zaiton setelah melihatkan zakar anaknya itu benar-benar keras.
Setelah Zaki dekat kepadanya Zaiton pun memegang zakar anaknya itu sambil merocoh-rocoh lembut bagi menambah keghairahan anaknya.
“Rasanya baru 2 jam Zaki pancut dalam perut ibu. Ada air lagi ke ni?” kata Zaiton sambil menggeselkan kedua pehanya bagi merasakan cipapnya yang masih licin dan basah akibat pancutan benih anaknya pada pukul 2 petang tadi.
“Ada sayang, ibu janganlah risau. Walau tak banyak, sikit pun Zaki akan bagi.” Kata Zaki sambil berdiri menikmati zakarnya dibelai ibunya yang masih duduk menyusukan Zakuan di pinggir katil.
Kemudian Zaiton pun menyuap zakar Zaki dengan lahapnya. Disedut-sedut zakar Zaki hingga membuatkan Zaki mengerang kenikmatan. Kelihatan Zakuan yang masih dipangkuan sedang enak menyusu, sementara Zaiton sedang enak memerah zakar Zaki bagi mengeluarkan susu nikmatnya.
Setelah beberapa minit, Zaki pun memancutkan benih di dalam mulut Zaiton yang sedang enak mengolom zakarnya. Benihnya agak kurang sedikit kerana Zaki telah mengeluarkannya ketika tengah hari tadi. Zaiton tidak membazirkan walau setitik benih buah hatinya itu. Di telannya air mani yang memancut membasahi tekaknya.
Setelah selesai, Zaki membetulkan seluarnya sementara Zaiton meletakkan Zakuan yang sudah pun terlena itu di atas katil. Zaiton pun kemudiannya menuju ke pintu di ruang tamu sementara Zaki menurut di belakangnya. Zaki terpandang terdapat kesan air mani yang kering di kain batik yang sendat membalut punggung ibunya yang lebar itu.
“Ibu belum tukar kain ye..” kata Zaki sambil meramas punggung Zaiton.
“Haah, ibu belum tukar lagi. Kenapa sayang?”Tanya ibunya.
“Kesan air mani Zaki masih melekat kat kain ibu.” Kata Zaki.
Zaiton pun menoleh melihat punggungnya dan memang benar ada kesan air mani yang sudah kering dikainnya.
“Zaki lah ni, malam tadi pancut dalam bontot ibu sampai penuh..” katanya sambil ketawa dan mencubit manja perut anaknya yang kekar itu.
Zaki hanya tersenyum dan mengucup bibir ibunya ketika hendak melangkah keluar dari rumah. Setelah Zaki melangkah meninggalkan rumah, Zaiton hanya berdiri di pintu rumah memerhatikan anak kecintaannya itu berjalan menuju ke simpang yang jauh di hadapan hingga hilang dari pandangan. Di lubuk hatinya, terasa berat ditinggalkan orang yang dicintai itu walau pun untuk sekejap. Tetapi tidak mengapa, perginya untuk membeli sesuatu yang penting dalam hidup mereka berdua. Sesuatu yang membantu memberikan mereka kelazatan hidup laksana suami isteri. Kelazatan melakukan secara normal atau luar tabie setelah mereka terpaksa berpuasa untuk jangka masa yang lama kerana dirinya dalam pantang.
Zaiton pun melangkah menuju ke bilik air untuk mandi dan mencuci sisa benih Zaki yang masih basah di kelengkangnya dan yang telah kering di buah dada serta di duburnya. Sementara Zaki yang sedang menunggu bas di simpang, terasa tidak sabar hendak mendapatkan apa yang ingin dibelinya untuk wanita kesayangannya itu. Wanita seksi yang sentiasa dahagakan benihnya, yang sentiasa dambakan zakarnya, yang sentiasa bersedia menerima pancutan nikmatnya tidak kira di mulut, kelengkang, punggung, buah dada dan seluruh tubuhnya. Dialah kekasihnya, dialah isterinya dan dialah… ibunya…
Selasa, 15 Mei 2012
Cerita Dewasa Ngentot Memek Istriku Yang Masih Perawan
Cerita
Dewasa Panas ini merupakan pengalaman cerita
ngentot 17 tahun terbaru yang sangat pahit. Mungkin cerita
dewasa ini kalau bisa saya ceritakan
disini banyak sekali para pembaca yang nangis. Malam ini merupakan
malam pertama D & L sebagai suami istri. Di kamar, D & L
mengganti pakaiannya dengan piyama tidur yang nyaman dan santai
dipakainya. Begitu rebah ke ranjang, keduanya langsung saling berpagut.
Saat itu Danny merasakan adanya hal yang aneh
pada dirinya. Sepertinya jantungnya berdegup lebih cepat dan lebih
keras. Semangat libidonya menjadi sangat menyala-nyala. Nafsu birahinya
menjadi demikian membara. Malam itu mata Danny yang nampak menjadi
merah seakan terbakar menyaksikan Lia istrinya yang teramat sangat seksi.
Saat menyaksikan pengantinnya tergolek di ranjang, dia ingin
secepatnya menggagahinya. Menyetubuhinya.
Kemudian dengan serta merta tanpa menunjukkan kelembutan atau
sentuhan-sentuhan awal, bahkan dengan cara
agak kasar, dilucutinya
pakaian tidur istrinya Lia, kemudian juga pakaiannya sendiri. Perasaan
yang menggebu-gebu ini ternyata juga melanda Lia sendiri. Saat Danny
melucuti
pakaiannya, dengan desahan yang keras Lia juga menunjukkan
ketidaksabarannya. Diraihnya tonjolan besar pada selangkangan Danny
yang nampak menggunung. Sebelum sempat Danny menelanjangi dirinya
sendiri, di betotnya Kon Tol Danny dari sarangnya. Langsung di kulumnya.
Mereka, para pengantin ini nampak dikuasai nafsu birahi yang sudah
tidak dapat mereka kendalikan sendiri. Mereka saling merangsek, saling
mencengkeram dan meremas, saling menjilat dan menyedoti, saling
melampiaskan dendam birahinya. Suasana riuh rendah oleh desah dan
rintih pasangan ini sungguh sangat erotis bagi siapapun yang
mendengarnya.
Mungkinkah hal itu
disebabkan oleh suasana romantis villa mewah ini?. Suasana romantis
yang memilik kekuatan untuk mendongkrak libido mereka dengan tajam
sehingga nafsu birahi mereka sepertinya begitu terbakar. Nampak Lia
yang telah telanjang bulat menunjukkan buah dadanya yang sangat ranum
mengencang. Putingnya yang memerah mencuat keras tegak di bukit ranum
kencang itu, seakan menanti siapapun yang bersedia mengulum dan
menyedotinya. Sementara itu Kon Tol Danny demikian pula. Darahnya telah
penuh terpompa pada urat-urat batangnya. Kon Tol Danny ngaceng dengan
keras sekali. Urat-uratnya bertonjolan di sekeliling batang itu.
Kepalanya yang cukup besar berkilatan yang disebabkan darahnya menekan
keluar hingga membuat kulitnya tegang dan mengkilat. KonTol itu terus
mengaduk-aduk wilayah selangkangan istrinya. Dia mencari lubang vagina
Lia yang juga sudah merekah kehausan menunggu Kon Tol Danny untuk
menembusnya.
Pagutan, ciuman,
gigitan yang disertai erangan, desahan dan rintihan dari Danny dan Lia
saling bersambut. Keduanya benar-benar tenggelam dalam nafsu birahi
yang sangat tinggi.
?Ayyooo Dannyyy, masukkan tongkolmuuuu.. ayyooo Dann…?.
?Mana memiawmu sayangggg… tongkolku sudah tidak dapat tahan nihhh. ingin secepatnya memasuki lubang surganmuuuu… LIAAAAAA!
?Ayyooo Dannyyy, masukkan tongkolmuuuu.. ayyooo Dann…?.
?Mana memiawmu sayangggg… tongkolku sudah tidak dapat tahan nihhh. ingin secepatnya memasuki lubang surganmuuuu… LIAAAAAA!
Tak pelak lagi, dengan penuh ketidak
sabaran, mereka, Danny dan Lia ini sepertinya telah dirasuki kegilaan
birahi. Mereka nyaris seperti hewan, yang melampiaskan nafsunya
berdasarkan naluri hewaniahnya. Berbagai obsesi seksual
yang sesungguhnya bersifat sangat pribadi dan tersimpan dalam-dalam di
sanubari masing-masing, tidak dapat tersembunyikan lagi tumpah di
malam pertama bulan madu mereka di Villa Forest Green yang sangat
romantis ini.
Ujung Kon Tol Danny sudah tepat di bibir lubang vagina Lia ketika tiba-tiba dengan sangat mengejutkan terdengar pintu kamar digedor-gedor dengan sangat kasar dan keras.
Ujung Kon Tol Danny sudah tepat di bibir lubang vagina Lia ketika tiba-tiba dengan sangat mengejutkan terdengar pintu kamar digedor-gedor dengan sangat kasar dan keras.
?Haaiiiii,
yang di dalam kamarrr! Bukaa! Buka pintunyaa! Atau aku yang akan buka
dengan paksa! Ayyyooooo bukkaa!?.
Amukan birahi seksual D & L yang sedang memuncak langsung runtuh. Dengan geragapan mereka langsung diserang kecemasan dan ketakutan hebat. Mereka sama sekali tidak pernah memperhitungkan adanya kemungkinan seperti ini. Di villa mewah yang sejuk dan penuh kesan tenang dan aman ini sama sekali tidak menyiratkan kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Danny langsung mendekap istrinya yang nampak langsung gagap histeris penuh ketakutan.
Kemudian menyusul gedoran lagi dan gedoran yang semakin kasar lagi. Dengan gemetar dan ketakutan yang hebat kedua pengantin pria dan wanita itu serta merta menarik selimut seakan dapat bersembunyi sambil menutupi ketelanjangannya.
Dan akhirnya terdengar tendangan-tendangan yang sangat kuat. Pintu kamar tidur itu jebol. Daun pintunya terbanting ke lantai dengan mengeluarkan suara yang sangat keras. Danny dan Lia menggigil. Mata mereka terpaku tajam ke arah lubang pintu yang telah jebol tebuka itu.
Amukan birahi seksual D & L yang sedang memuncak langsung runtuh. Dengan geragapan mereka langsung diserang kecemasan dan ketakutan hebat. Mereka sama sekali tidak pernah memperhitungkan adanya kemungkinan seperti ini. Di villa mewah yang sejuk dan penuh kesan tenang dan aman ini sama sekali tidak menyiratkan kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Danny langsung mendekap istrinya yang nampak langsung gagap histeris penuh ketakutan.
Kemudian menyusul gedoran lagi dan gedoran yang semakin kasar lagi. Dengan gemetar dan ketakutan yang hebat kedua pengantin pria dan wanita itu serta merta menarik selimut seakan dapat bersembunyi sambil menutupi ketelanjangannya.
Dan akhirnya terdengar tendangan-tendangan yang sangat kuat. Pintu kamar tidur itu jebol. Daun pintunya terbanting ke lantai dengan mengeluarkan suara yang sangat keras. Danny dan Lia menggigil. Mata mereka terpaku tajam ke arah lubang pintu yang telah jebol tebuka itu.
Mereka melihat ada 2 orang bertopeng
setengah telanjang kecuali cawat-cawat mereka yang menutupi aurat
mengayun-ayunkan kapak di tangannya. D & L semakin ketakutan,
menggigil gemetar. Kedua orang itu menutupi kepalanya dengan semacam
rajutan kaos gelap, persis seperti yang terjadi di film-film kriminal
atau peristiwa-peristiwa teror di TV. Yang nampak hanya mata mereka
yang beringas dan suara mereka yang terdengar keras, kasar dan brutal.
?Ho, ho, ho, ha, ha, ha…, rupanya sepasang
pengantin cantik
dan tampan ini sedang bercumbu… uhhhh… Uhhh nikmatnya nihhh…?.
Kemudian salah satu dari mereka mendekat ke ranjang. Dengan kekuatan tangannya dia renggut selimut yang menutupi Danny dan Lia. Dengan sekali renggut selimut itu langsung terbuka dan tampaklah Danny dan Lia yang bugil saling berpelukan histeris. Langsung dilemparkannya selimut itu ke lantai.
Kemudian salah satu dari mereka mendekat ke ranjang. Dengan kekuatan tangannya dia renggut selimut yang menutupi Danny dan Lia. Dengan sekali renggut selimut itu langsung terbuka dan tampaklah Danny dan Lia yang bugil saling berpelukan histeris. Langsung dilemparkannya selimut itu ke lantai.
?Ampuuunnnnnnn Paakk…
Jangan diapa-apakan kamiii… ampunnnn.. a.. mpuunn …?, Lia menangis dan
gagap karena didera ketakutan yang amat sangat.
Seolah-olah tidak mendengar suara-suara iba tersebut, ketakutan maupun sikap protes dari Danny dan Lia, kedua orang itu langsung membuka kedoknya. Dan betapa terperanjatnya Danny dan Lia ketika melihat siapa kedua begundal itu.
Seolah-olah tidak mendengar suara-suara iba tersebut, ketakutan maupun sikap protes dari Danny dan Lia, kedua orang itu langsung membuka kedoknya. Dan betapa terperanjatnya Danny dan Lia ketika melihat siapa kedua begundal itu.
Mereka adalah
Tory dan Pedro yang sebelumnya dianggap sangat santun dan menyenangkan
oleh pasangan D & L ini.
Tanpa dapat dicegah lagi Danny yang dalam keadaan bugil langsung bangkit hendak mengamuk dan melawan kedua orang itu. Tapi dari penglihatan sepintas sudah jelas, Danny bukanlah lawan mereka berdua. Tubuh Tory dan Pedro yang kekar dan penuh otot bukan lawan Danny. Dengan mudah dia dilumpuhkan, tangan-tangan kuat Pedro meringkusnya kemudian kedua tangan dan kaki Danny diikat dan tubuhnya dibiarkan tergeletak di lantai.
Tanpa dapat dicegah lagi Danny yang dalam keadaan bugil langsung bangkit hendak mengamuk dan melawan kedua orang itu. Tapi dari penglihatan sepintas sudah jelas, Danny bukanlah lawan mereka berdua. Tubuh Tory dan Pedro yang kekar dan penuh otot bukan lawan Danny. Dengan mudah dia dilumpuhkan, tangan-tangan kuat Pedro meringkusnya kemudian kedua tangan dan kaki Danny diikat dan tubuhnya dibiarkan tergeletak di lantai.
Mereka
tidak mengacuhkan segala protes, hujatan dan caci maki Danny. Dengan
tertawa penuh kemenangan mereka merasa puas dengan lancarnya perbuatan
keji mereka. Selanjutnya Tory dan Pedro lebih tertarik untuk memusatkan
perhatian pada pengantinnya yang cantik,
yang juga bugil
dan tanpa daya tergolek di ranjangnya. Permohonan ampun dan tangisan
ketakutan penuh pilu dari bibir mungil Lia sama sekali tidak
menggetarkan hati para begundal itu. Mungkin hati mereka memang telah
mereka buang jauh-jauh.
Tangan-tangan
Tory dan Pedro tidak sabar lagi untuk menjamah tubuh cantik
mulus Lia itu. Tapi saat Pedro mendekat untuk meraih pahanya, tanpa
dia duga kaki Lia menendang matanya. Gelagapan dan kepedihan pada
matanya membuat Pedro terduduk sambil menutup mukanya. Melihat hal itu
dengan sigap Tory langsung merangkul Lia. Pengantin yang berontak dan
berteriak-teriak histeris ketakutan itu ditindihnya. Tubuh putih mulus
telanjang itu dipeluk dan diringkusnya tanpa banyak kesulitan, bahkan
nampaknya Tory ini sangat menikmati apa yang harus dia lakukan. Tangan
kanan Lia direnggutnya. Dia keluarkan tali dari kantongnya. Tangan itu
diikatnya kuat-kuat ke tiang bagian atas ranjang itu. Dan tangan
kirinya kembali direnggut untuk diikatkan ke tiang ranjang di bagian
sebelah atas yang lain.
Tentu
saja Lia yang dilanda ketakutan yang amat sangat langsung berontak dan
meronta seperti kuda betina yang liar. Kaki-kakinya menendang-nendang
apa saja yang ada di dekatnya. Tapi semua perlawanan itu hanya sia-sia.
Kaki-kaki itu, oleh Pedro yang sudah baik matanya direnggut dan
diikatkannya ke kaki ranjang bagian bawah kanan dan kiri.
Peristiwa itu sungguh menjadi penampakkan yang sangat erotis baginya. Lia, sang pengantin, bidadari yang mulus, dewi berkulit kuning putih tanpa cacat, perempuan jelita yang mengamuk dengan liar, melawan dua begundal setengah telanjang dengan tubuh hitamnya yang berkilat karena keringatnya. Para begundal brutal itu nampak kewalahan saat meringkus Lia.
Peristiwa itu sungguh menjadi penampakkan yang sangat erotis baginya. Lia, sang pengantin, bidadari yang mulus, dewi berkulit kuning putih tanpa cacat, perempuan jelita yang mengamuk dengan liar, melawan dua begundal setengah telanjang dengan tubuh hitamnya yang berkilat karena keringatnya. Para begundal brutal itu nampak kewalahan saat meringkus Lia.
Dengan cara
merangkulkan tangan-tangannya serta menekankan wajah-wajah mereka
sekenanya pada tubuh yang sangat merangsang birahi milik si jelita,
Tory dan Pedro memerlukan kerja keras sambil menikmati sensual tubuh
Lia. Akhirnya sang korban yang jelita itu benar-benar tak berdaya. Dan
kini, kaki dan tangan Lia telah terikat kuat-kuat pada ranjang
pengantinnya. Dan untuk keberhasilannya, para pendatang brutal itu
langsung disuguhi pemandangan yang sangat spektakuler, merangsang dan
erotis sekali. Tangan Lia yang terikat ke bagian atas kanan dan kiri
ranjang membuat ketiaknya yang indah nampak terbuka.
‘Uuhhh… Akan kubenamkan hidungku ke lembah
ketiakmu yang indah itu.. lidahku, bibirku akan menjilati dan
menyedotmu Liaaa…’, begitu pikir begundal-begundal tersebut. Dan
paha Lia yang kini telah mengangkang terbuka, memamerkan memiawnya yang
ranum menggunung yang langsung mendongkrak nafsu birahi kedua serigala
lapar dan brutal itu. Keduanya tercekat menyaksikan dengan penuh
takjub kemaluan Lia yang ditutupi bulu-bulu tipis merekah yang seakan
menunggu jamahan tangan-tangan kasar mereka atau jilatan lidah dan
sedotan bibir tebal mereka atau bahkan tusukan Kon Tol - Kon Tol kedua
begundal brutal itu.
Tak tahan
menyaksikan tindakan brutal yang dilakukan Pedro dan Tory pada
istrinyaKon Tol, Danny berteriak-teriak dengan harapan ada orang lain yang
mendengarkannya di tengah hutan sepi itu. Ulah itu hanya jadi tertawaan
para begundal. Tory menyuruh Pedro untuk menyumpal mulut Danny dan
menyeretnya ke kamar sebelah. Pedro langsung bertelanjang melepas
cawatnya sendiri yang dekil dan pesing untuk di sumpalkan pada mulut
Danny. Tentu saja Danny jadi gelagapan panik menerima perlakuan kotor
Pedro itu. Tetapi mana dapat ia melawan dengan kaki dan tangannya yang
masih terikat erat-erat.
Dan Tory
juga langsung bertelanjang melepas cawatnya. Dia sumpalkan cawatnya
yang sama dekilnya ke mulut Lia yang langsung berkelojotan karena jijik
dan ingin muntah. Tetapi sia-sia pula. Dan akhirnya tanpa daya
pasangan D & L ini menjadi tawanan Pedro dan Tory. Dan tanpa
terhindarkan, Danny maupun Lia dihadapkan pada pemandangan yang selama
ini dianggapnya sangat tabu. Kedua orang ini menyaksikan Kon Tol lelaki
lain, Kon Tol Pedro dan Tory yang telah ngaceng berat. Kon Tol
- Kon Tol mereka yang nampak tegak dan kaku itu sungguh luar biasa. Mengingatkan
pada pisang tanduk di sepanjang jalan Bogor. Besar dan panjangnya tak
kurang dari 20 cm dengan garis tengah sekitar 4,5 cm.
Bagi seorang wanita semacam Lia, Kon Tol sebesar itu membuat khayalannya langsung melayang. Lia membayangkan
bagaimana rasa pedih dan sakitnya apabila Kon Tol itu dipaksakan menembus
memiawnya yang masih perawan. Akankah hal itu akan terjadi pada
dirinya yang hingga kini bahkan suaminya pun belum pernah benar-benar
menjamah memiawnya itu? Akankah Pedro dan Tory mendahului Danny sebagai
pemilik yang sah atas vaginanya secara
bergiliran memaksakan Kon Tol-Kon Tol mereka itu menembus memiawnya? Lia
sangat takut dan merasa ngeri dengan pikirannya yang mengkhayal sejauh
itu. Dia menggigil kemudian menutup matanya.
Sementara itu bagi Danny, melihat Pedro
dan Tory yang memiliki Kon Tol sebesar dan sepanjang itu rasa percaya
dirinya langsung runtuh. Dia bayangkan apabila istrinya sempat mereka
paksa untuk menerima Kon Tol mereka, dan pada akhirnya Lia mendapatkan
kenikmatan serta kepuasan dengan Kon Tol-Kon Tol sebesar itu, dapat
dipastikan dia tidak mungkin mampu mengungguli Pedro maupun Tory. Dan di
belakang hari dapat dipastikan Lia tidak akan pernah puas berhubungan
seks
dengan dirinya. Lia akan dengan sebelah mata saja melayani dia sebagai
suaminya.
Danny sangat terpukul.
Membayangkan istrinya Lia mendesah serta merintih mendapatkan
kenikmatan birahi dari Tory dan Pedro. Hatinya langsung ciut.
?Yo, ambil minuman itu lagi. Kita buat mereka lebih galak lagi?, terdengar Tory menyuruh Pedro.
Kata-kata Tory itu menjadi pikiran Danny maupun Lia. Minuman apa itu? Bikin galak lagi? Apakah hal itu yang membuat mereka demikian panas birahinya saat memasuki peraduan setelah makan malam tadi? Mungkinkah Pedro dan Tory memasukkan obat perangsang seks pada makan malam mereka tadi?
?Yo, ambil minuman itu lagi. Kita buat mereka lebih galak lagi?, terdengar Tory menyuruh Pedro.
Kata-kata Tory itu menjadi pikiran Danny maupun Lia. Minuman apa itu? Bikin galak lagi? Apakah hal itu yang membuat mereka demikian panas birahinya saat memasuki peraduan setelah makan malam tadi? Mungkinkah Pedro dan Tory memasukkan obat perangsang seks pada makan malam mereka tadi?
Tak
lama kemudian Pedro balik dengan sebotol cairan berwarna kuning
bening. Pertama-tama pada Danny. Tangan Tory memegangi kepala dan
membuka sumpal mulut Danny yang langsung panik ketakutan. Kemudian
Pedro menjejalkan mulut botol ke mulut Danny dan memaksakan untuk
minum. Ketika Danny berusaha menolak dengan cara
memalingkan wajahnya, Tory memeganginya dan membekap hidungnya. Karena
tersedak Danny terpaksa menelan cairan dari botol itu. Dia merasakan
asin dan pesing. Jangan-jangan air kencing mereka ini. Dengan cara
yang sama cairan itu juga dijejalkan pula pada mulut Lia.
?Nahhhh, bapak dan ibu, jangan khawatir…
Itu adalah minuman demi kesehatan pak Danny yang tampan dan bu Lia yang
jelita…, sebentar lagi bapak dan ibu pasti akan semakin segar, ha, ha,
ha…?.
Beberapa saat kemudian, pasangan D & L merasakan dunia seakan berputar-putar. Pandangan matanya mengabur. Jantungnya berdegup lebih kencang. Lia merasakan darahnya memanas. Dan gambaran Kon Tol-Kon Tol Pedro serta Tory yang luar biasa itu mendekat.
Beberapa saat kemudian, pasangan D & L merasakan dunia seakan berputar-putar. Pandangan matanya mengabur. Jantungnya berdegup lebih kencang. Lia merasakan darahnya memanas. Dan gambaran Kon Tol-Kon Tol Pedro serta Tory yang luar biasa itu mendekat.
Dia merasakan seakan-akan ujung-ujung Kon Tol mereka menyentuh gerbang bibir vaginanya. Dia merasakan
rangsangan birahi yang hebat, seperti halnya saat Kon Tol Danny suaminya
menyentuh vaginanya. Sementara itu Danny juga merasakan darahnya yang
memanas. Nafsu birahinya meledak-ledak. Ingin rasanya menjilati
selangkangan Lia istrinya yang saat ini terbuka memamerkan nonoknya di
atas ranjang pengantinnya. Ingin rasanya dapat secepatnya terbebas dari
para begundal itu untuk kemudian melanjutkan apa yang tadi telah hampir
dilakukannya, tongkolnya menembus memiaw istrinya.
?Lemparkan Danny ke kamar sebelah?.
Si Pedro kembali melaksanakan perintah Tory. Dengan mulutnya yang kembali tersumpal cawat Pedro dan perasaannya yang mabuk dan ingin muntah akibat minuman yang dijejalkan tadi, Danny diseret ke kamar sebelah. Kemudian pintunya dikunci. Danny sangat penasaran, kesal dan marah. Semula dia berharap dapat tetap sekamar dengan istrinya. Setidak-tidaknya matanya masih dapat menikmati tubuh bugil istrinya yang terikat di ranjang, sehingga ledakan birahinya yang kini melanda nafsunya dapat sedikit tersalurkan.
Si Pedro kembali melaksanakan perintah Tory. Dengan mulutnya yang kembali tersumpal cawat Pedro dan perasaannya yang mabuk dan ingin muntah akibat minuman yang dijejalkan tadi, Danny diseret ke kamar sebelah. Kemudian pintunya dikunci. Danny sangat penasaran, kesal dan marah. Semula dia berharap dapat tetap sekamar dengan istrinya. Setidak-tidaknya matanya masih dapat menikmati tubuh bugil istrinya yang terikat di ranjang, sehingga ledakan birahinya yang kini melanda nafsunya dapat sedikit tersalurkan.
Di lain pihak Lia yang ditinggalkan
suaminya tak dapat menghindarkan pandangannya pada Kon Tol Pedro dan Tory
yang nampak sedemikian besar dan panjangnya. Batang
Kon Tol-Kon Tol yang
dikelilingi urat-urat itu semakin nampak perkasa. Kepala helmnya yang
yang tumpul membulat berkilatan kena cahaya lampu kamar. Lia sendiri
belum pernah menyaksikan secara
langsung Kon Tol lelaki dewasa seperti yang dilihatnya sekarang ini. Dia
hanya ingat bahwa pernah melihat
Kon Tol-Kon Tol sebesar itu dari VCD
porno yang disaksikan ramai-ramai bersama teman-temannya pada saat jam
istirahat di kantor.
Sewaktu
vaginanya siap ditembus Kon Tol Danny dia hanya merasakan ujung Kon Tolmyang hangat merangsang bibir-bibir vaginanya. Dia ingat betapa
nikmatnya saat birahinya menjadi demikian memuncak yang disebabkan
ujung Kon Tol Danny itu. Dia merasakan keinginannya yang sangat kuat
agar Danny secepatnya menembus kemaluannya. Bibir vaginanya sangat
kehausan untuk melahap batang Kon Tol Danny.
Tapi kini Danny tidak lagi berada di kamar ini. Yang nampak kini adalah Pedro dan Tory yang sama-sama telah berbugil ria. Dan Kon Tol-Kon Tol mereka itu, kenapa mata Lia dibuatnya sangat terpesona? Kon Tol-Kon Tol itu tegak ngaceng dengan kokoh dan tegarnya.
Tapi kini Danny tidak lagi berada di kamar ini. Yang nampak kini adalah Pedro dan Tory yang sama-sama telah berbugil ria. Dan Kon Tol-Kon Tol mereka itu, kenapa mata Lia dibuatnya sangat terpesona? Kon Tol-Kon Tol itu tegak ngaceng dengan kokoh dan tegarnya.
Lia berpikir akankah mereka juga akan
seperti Danny? Menempelkan atau menusukkan
Kon Tol-Kon Tol yang luar biasa
itu ke bibir vaginanya? Akankah dia akan membiarkan dan menerima
kehadiran
Kon Tol-Kon Tol yang bukan milik suaminya itu? Akankah dia mampu
menerima serangan badai nafsu serigala para brutal itu? Dari celah
matanya yang basah karena air mata, Lia melirik ke Kon Tol para brutal
tersebut.
Tiba-tiba perasaan
seperti yang terjadi pada saat bersama Danny memasuki kamar usai makan
malam tadi melintas. Rasa ingin, ingin, ingin, ingin, keinginan yang
kuat, keinginan yang meledak-ledak, ingin Danny melanjutkan tusukan
tongkolnya ke lubang kemaluannya, melanjutkan kenikmatan birahi yang
mulai memuncak. Mungkinkah itu? Bagaimana mungkin?
Yang nampak jelas siap melakukan itu
justru Tory dan Pedro yang telah telanjang bulat dengan
Kon Tol-Kon Tol keras besar panjang mereka itu. Mereka sangat siap dan sangat mungkin
memperkosanya. Ooohh…, alangkah ngerinyaaa…
Lia berusaha menepis perasaan yang sangat menakutkan itu. Dipalingkan wajahnya dari Kon Tol-Kon Tol itu. Sungguh ngeri membayangkan Kon Tol sebesar dan sepanjang milik para brutal itu menembus memiawnya. Apabila hal itu terjadi pasti akan merobek-robek vaginanya.
Lia berusaha menepis perasaan yang sangat menakutkan itu. Dipalingkan wajahnya dari Kon Tol-Kon Tol itu. Sungguh ngeri membayangkan Kon Tol sebesar dan sepanjang milik para brutal itu menembus memiawnya. Apabila hal itu terjadi pasti akan merobek-robek vaginanya.
Tetapi darah dan jantung ini? Mengapa
darah dan jantung Lia terus berdegup kencang sejak makan malam tadi
seakan ada yang terus merangsangnya. Dan kini bahkan semakin kencang
serta kuat memacu darahnya, setelah Tory dan Pedro mencekoki cairan
kuning bening tadi. Apakah itu obat perangsang seksual
yang membuat dirinya tidak dapat melepaskan pandangannya atau
memalingkan wajahnya dari
Kon Tol-Kon Tol Pedro dan Tory itu? Ah, sangat
mungkin…! Bukankah Pedro dan Tory nampak jelas telah mempersiapkan
semua rencana jahatnya ini. Topeng itu, kampak itu, gedoran di pintu
itu. Semua merupakan bagian rencana jahatnya. Dengan memberikan obat
perangsang birahi seksual,
korbannya akan cepat takluk dan mengikuti kemauan bejat seksualnya.
Korbannya akan patuh untuk menjadi budak seksualnya.
Lia akan cepat menyerah dan sangat
kehausan untuk secepatnya menikmati
Kon Tol-Kon Tol para pejantan itu.
Ahhh…, degup jantung ini…, kenapa jadi sulit sekali, membuang
keinginannya untuk tidak kembali melirik
Kon Tol-Kon Tol pejantan itu.
‘Oohh.., jangannnn… jangannnn…!’
Lia memejamkan matanya untuk menghapus semua lintasan pikirannya, wajahnya memucat, kemudian memerah, kemudian kembali memucat, kembali memerah. Bayangan akan Kon Tol-Kon Tol besar itu jadi berbalik sangat menggairahkannya.
‘Oohh.., jangannnn… jangannnn…!’
Lia memejamkan matanya untuk menghapus semua lintasan pikirannya, wajahnya memucat, kemudian memerah, kemudian kembali memucat, kembali memerah. Bayangan akan Kon Tol-Kon Tol besar itu jadi berbalik sangat menggairahkannya.
Perasaan ngeri,
takut, cemas tetapi tidak sepenuhnya ingin benar-benar menghindar,
rasa birahi yang terus mengejarnyaa, dirasuki dengan penuh kebimbangan
dan keraguan, semuanya serba bercampur aduk. Lia dilanda kebingungan
yang amat sangat. Khayalan-khayalan liarnya yang terus memburu tidak
dapat dilenyapkan dari kepalanya. Detak dan degup jantungnya juga tak
dapat dikendalikannya.
‘Akankah…, Ohhh…, ampuni aku Danny…, Dannyyyyyyy…, ampuni akuuuu…, aku tidak mampu mengambil keputusan…, tolongggg…, aku membutuhkan kk… kkaamuuu… uuuu.. uuuhhhh…’.
Dan memang, keputusan akhirnya bukanlah di tangan Lia.
‘Akankah…, Ohhh…, ampuni aku Danny…, Dannyyyyyyy…, ampuni akuuuu…, aku tidak mampu mengambil keputusan…, tolongggg…, aku membutuhkan kk… kkaamuuu… uuuu.. uuuhhhh…’.
Dan memang, keputusan akhirnya bukanlah di tangan Lia.
Begitu terlempar ke kamar buangannya,
pertama-tama yang dicari Danny adalah lubang. Lubang atau celah di
dinding, dimana dia dapat mengintip istrinya yang telanjang. Pengaruh
minuman yang dijejalkan Pedro dan Tory tadi membuat libido Danny
terangsang dengan hebat, saat ini yang diperlukan Danny adalah dapat
mengintip istrinya telanjang, dia ingin melakukan mastubasi.
Ternyata dia dapatkan, kamar villa yang
seluruhnya dibuat dari kayu dan balok itu memberikan celah di antara dua
baloknya. Celah itu cukup longgar. Danny serta merta beringsut ke
celah itu. Tetapi ternyata celah itu terlampau tinggi di atas kepala
Danny. Dengan ikatan tali pada tangan dan kakinya Danny kesulitan untuk
berdiri maupun sekedar jongkok. Sementara celah itu dapat dia raih
setidak-tidaknya dengan berjongkok. Dia mengamati sekeliling kamar itu.
Dari kamar sebelah terdengar suara riuh.
Terdengar ‘hah, huh, hah, huh…’, suara istrinya yang mulutnya
terbungkam celana dalam dekil milik Tory. Danny jadi panik, dia
memastikan sesuatu telah terjadi pada istrinya. Dia gulingkan tubuhnya
ke sebuah kotak kayu di pojok kamar itu. Dia coba menendang kotak itu
dengan kaki terikat agar dapat didekatkan ke dinding. Berhasil. Danny
kembali berguling. Memerlukan perjuangan cukup panjang untuk dapat
memanjat kotak itu dengan kaki dan tangan yang terikat.
Sementara itu suara istrinya sudah
terdengar berbeda, dalam waktu singkat suara itu telah berubah menjadi
desahan dan rintihan, disamping juga terdengar suara Tory atau Pedro
atau kedua-duanya. Mereka terdengar berbicara
dalam bahasa daerah mereka yang Danny sama sekali tidak memahami
artinya, tetapi Danny memastikan mereka sedang melakukan sesuatu hal
yang tidak senonoh pada Lia istrinya yang kini terikat dan telanjang
bulat di depan mereka.
Akhirnya
setelah berjuang keras untuk memanjat kotak kayu itu, dalam keadaan
terikat tangan dan kakinya mata Danny kini dapat menyaksikan Tory
sedang memeluk dan menciumi kedua payudara istrinya. Dan Pedro dari
arah lain sedang memeluk paha Lia serta wajahnya tenggelam dalam
selangkangannya. Nampak kepala Pedro naik turun menjilati arah kemaluan
Lia. Seketika itu juga seolah-olah ada sejuta petir menghantam
kesadaran Danny. Dia langsung terjungkal ke lantai. Danny kehilangan
kesadarannya. Tetapi hanya sesaat, dalam keadaan terkapar di lantai
nampak kelopak mata Danny yang lelah pelan-pelan terbuka. dan kemudian
dengan cepat dia bangkit dan kembali berusaha merangkak ke kotak itu
untuk mengintip celah di dinding itu.
Bermenit-menit dia lalui untuk mampu kembali pada posisi
dimana dia dapat mengintip kamar istrinya yang saat ini sedang digarap
oleh Tory dan Pedro. Suara erangan yang telah berganti menjadi suara
desahan dan rintihan istrinya terus terdengar, juga pembicaraan
antara Tory dan Pedro yang tidak diketahui maknanya oleh Danny
terdengar semakin cepat bersahut-sahutan.
Sementara itu telah terjadi hal yang aneh
pada diri Danny, mungkin pengaruh dari makanan dan minuman yang
dicekokkan oleh para begundal itu ke mulutnya atau setelah menyaksikan
istrinya dikerjai secara
brutal oleh dua begundal itu sehingga membuatnya terjungkal ke lantai,
atau mungkin juga campuran dari keduanya. Saat dia kembali menaiki
kotak itu, dorongan keinginannya sudah berganti. Dia tidak lagi ingin
mengintip untuk melihat istrinya yang telanjang atau untuk menyaksikan
bagaimana istrinya dengan gigih melawan kedua brutal itu.
Yang diinginkannya sekarang adalah
menyaksikan bagaimana kedua brutal itu yang dengan Kon Tol besar dan
panjangnya dapat memberikan kenikmatan erotik dan sensasional kepada
istrinya. Sekarang dia ingin menikmati pemandangan bagaimana istrinya
dientot oleh para begundal itu. Danny kembali ngaceng berat. Lebih
sensasional daripada sebelumnya. Dia ingin secepatnya menyalurkan
syahwatnya. Dia ingin melakukan masturbasi sambil menonton istrinya
dientot para berandal-berandal di kamar sebelah itu.
Inikah yang disebut ?shock terapy?? Sebuah
peristiwa yang sangat luar biasa yang mampu dengan seketika mengubah
mental, selera, cara
pandang ataupun keyakinan seseorang. Yang mampu mengubah Danny, dari
ketakutan serta kekhawatiran yang mencekam, menjadi sesuatu yang justru
dia harapkan untuk terjadi? Dari yang awalnya berkeinginan untuk
menolong menjadi keinginan untuk ikut menikmati?
Dan itulah yang terjadi. Saat matanya
kembali di lubang intipan tersebut, kini dia menyaksikan bahwa telah
terjadi perkembangan. Nampak sumpal pada mulut istrinya sudah dilepas,
walaupun pada tangan dan kakinya masih terikat pada ranjang itu. Nampak
istrinya menggeliat-geliat tetapi tidak berteriak menolak. Yang
terdengar justru desahan dan rintihan dari mulut Lia yang terdengar
penuh kenikmatan, bahkan mata Lia nampak memandang Tory dengan
tongkolnya yang sangat besar, sedang memompa kemaluannya.
Danny melihat bagaimana pinggul istrinya
sedemikian bergairahnya menjemput keluar masuknya Kon Tol Tory yang
kelewat besar itu. Adakah Lia juga telah diterkam obat perangsang itu,
sehingga membuatnya kini menyerah dalam jarahan seksual
para begundal itu?
‘Ah masa bodohlah, aku sendiri punya kebutuhan pula, birahiku ooohhhhh, menyaksikan istriku dientot para begundal itu’, demikian pikir Danny.
‘Ah masa bodohlah, aku sendiri punya kebutuhan pula, birahiku ooohhhhh, menyaksikan istriku dientot para begundal itu’, demikian pikir Danny.
Jarak lubang dengan posisi istrinya yang
terikat ini tidak lebih dari 1 meter di kamar yang relatif sempit itu.
Danny dapat dengan nyata menyaksikan mengkilatnya batang Kon Tol,Tory
yang keluar masuk menembus memiaw Lia istrinya. Tanpa dapat dicegah, air
liur Danny menetes saat melihat Kon Tol Tory yang luar biasa itu.
Telinganya yang menangkap suara desahan dan rintihan istrinya yang tidak
lagi terbungkam itu sebagai pertanda kenikmatan yang sedang melanda
istrinya. Danny tersenyum. tongkolnya yang ngaceng dipepetkannya ke
dinding. Pelan-pelan digosok-gosokkannya. Duhh…, nikmatnyaaaa…
Dari lubang ingintipan itu, Danny melihat
Tory semakin cepat memompa. Makin cepat, makin cepat, cepat, cepat…
Dan, ‘AACCHH…’, terdengar teriakan Tory… Dan sperma Danny muncrat
berbarengan dengan air mani Tory yang tumpah-ruah di kemaluan dan tubuh
istrinya Lia. Itulah kepuasan seksual
pertama sejak perkawinannya dengan Lia istrinya, pada hari-hari yang
seharusnya penuh bahagia, pada hari-hari bulan madunya.
Kemudian Danny lemah terduduk. Tetapi
tidak lama. Dia mendengar kembali suara-suara desahan dan rintihan dari
kamar sebelah, Danny kembali mengintip. Kini dia melihat Pedro menindih
tubuh istrinya. Dia melumat leher, ketiak dan dada Lia. Sementara
tangan kanannya memegang tongkolnya yang bukan main indahnya di mata
Danny kini, dan tangan kirinya memeluk pinggul Lia untuk menempatkan
lubang kemaluannya persis di ujung tongkolnya. Dan yang menjadi sasaran
birahi Danny sekarang adalah menyaksikan istrinya Lia
menggeliat-geliatkan pinggulnya menahan kenikmatan pada saat vaginanya
melahap ujung Kon Tol Pedro. Tubuhnya dicekal oleh otot-otot lengan
Pedro. Dan vagina Lia dengan penuh kepasrahan menerima tembusan dan
tusukan nikmat dari begundal brutal itu.
Mata Danny melotot melihat adegan-adegan itu. tongkolnya
kembali bangkit ngaceng. Obat perangsang yang dicekokkan padanya
membuat tongkolnya tidak dapat tidur. Dan kembali dinding kamarnya
menerima gosokan Kon Tol Danny. Dan keadaan Lia sendiri, tak
terhindarkan lagi, kebrutalan para begundal itu mulai menjadi, Lia
menyaksikan wajah Tory langsung tenggelam, dia rasakan sedotan bibir
tebal dan jilatan-jialatan lidah kasarnya yang merambahi ketiak, leher,
dadanya…
Dia rasakan bagaimana
bibir Tory mencaplok kedua payudaranya. Lidahnya menari-nari pada
putingnya. Gigitan kecil tetapi terasa sangat kasar membuat putingnya
menjadi perih. Tetapi yang dia rasakan sangat aneh
adalah…, perasaan ngeri, takut dan cemas itu, mengapa pupus, ternyata
pupus, mengapa yang hadir kini justru rasa haus yang amat sangat. Dia
diserang rasa kehausan yang amat sangat. Ingin sekali dia mendapatkan
air untuk tenggorokannya. Ingin sekali, ingin sekali. Dia sangat
menantikan Tory mengangkat celana pesingnya yang membungkam mulutnya.
Dia sangat menantikan bibir tebal Tory melumat bibirnya. Dia ingin
sekali meminum ludah Tory langsung dari mulutnya.
‘Oohhhh Toryi tolooong… akuuu hauss…, tolong Toryii, tolongggg…’.
Dan kehausan itu semakin menjadi ketika dilihatnya Pedro menyusul menenggelamkan wajahnya ke selangkangannya. Lidah Pedro yang juga kuat dan kasar itu langsung menjilat seluruh bibir kemaluannya. Langsung membor lubang vaginanya.
Untung saja Tory tahu…, Tory yang telah 55 tahun itu tahu reaksi perempuan yang kehausan saat menerima jilatan, sedotan, sentuhan lidah maupun bibir atau sodokan Kon Tol Dia tahu bagaimana desakan birahi akan membuat tenggorokannya mengering dan seorang perempuan akan meminta agar secepatnya dilumat bibirnya untuk dapat menyedot ludah lelaki yang menyetubuhinya dan secepatnya kemaluannya ditembus Kon Tol besarnya.
‘Oohhhh Toryi tolooong… akuuu hauss…, tolong Toryii, tolongggg…’.
Dan kehausan itu semakin menjadi ketika dilihatnya Pedro menyusul menenggelamkan wajahnya ke selangkangannya. Lidah Pedro yang juga kuat dan kasar itu langsung menjilat seluruh bibir kemaluannya. Langsung membor lubang vaginanya.
Untung saja Tory tahu…, Tory yang telah 55 tahun itu tahu reaksi perempuan yang kehausan saat menerima jilatan, sedotan, sentuhan lidah maupun bibir atau sodokan Kon Tol Dia tahu bagaimana desakan birahi akan membuat tenggorokannya mengering dan seorang perempuan akan meminta agar secepatnya dilumat bibirnya untuk dapat menyedot ludah lelaki yang menyetubuhinya dan secepatnya kemaluannya ditembus Kon Tol besarnya.
Tory yang sangat berpengalaman itu serta
merta meraih celana dalamnya yang sejak tadi disumpalkan pada mulut
Lia. Kemudian secepat kilat bibirnya melumat bibir sensual pengantin cantik
itu. Dan serta merta, Lia langsung menyambutnya dengan penuh kelahapan
birahinya. Dia dengan histeris menyedot ludah Tory. Bahkan dari
bibirnya juga keluar bisikan-bisikan kehausannya.
?Pak Toryi, ayyooo, Lia udah tidakk tahannn…, ayyooo Pak Toryi…, Lia udah pengin KonTol Pak Tory ituu…, ayoooo Pak Toryiii …?.
?Pak Toryi, ayyooo, Lia udah tidakk tahannn…, ayyooo Pak Toryi…, Lia udah pengin KonTol Pak Tory ituu…, ayoooo Pak Toryiii …?.
Tory tahu bahwa Lia sedang dalam keadaan
tersiksa oleh deraan nafsu birahinya sendiri, dia tolak Pedro dari
keasyikannya melumati kemaluan Lia, kemudian dirabanya kemaluan indah
itu. Cairan birahinya sudah membanjir. Dan Tory dengan cepat mengambil
posisi. Dia kangkangkan selangkangan Lia, untuk kemudian dia menempatkan
tongkolnya di antara selangkangan Lia itu. Diarahkannya Kon Tol itu
langsung ke lubang vagina Lia, yang telah sangat kehausan menunggunya.
Karena Lia masih perawan, sejago-jagonya
Tory tetap saja segalanya masih harus diusahakan dengan keras. Kon Tol itu setiap kali meleset dari targetnya. Mungkin licin. Beberapa kali
Tory merasa tongkolnya sudah tepat berada di mulut vagina Lia, meleset
lagi. Dan saat berhasil tembus, Lia berteriak kesakitan, dan Tory
melihat darah keperawanan Lia mengalir dari bibir vaginanya. Selaput
perawan Lia telah robek. Kemaluan Lia sudah berhasil ditembus Kon Tol Tory. Kemudian Tory mulai memompa. Pelan…, pelan…, pelan…, tetapi Lia
sendiri yang sudah sangat kegatalan ingin lebih cepat… Dan Tory menurut
untuk mempercepat…
Dari balik
kamar, Danny ternyata ikut menyaksikan saat-saat itu. Hingga dia
saksikan bagaimana Tory memuntahkan bermili-mililiter air maninya ke
dalam memiaw istrinya Lia itu. Dan dalam kesempatan itu, Danny juga
menyalurkan birahinya hingga spermanya menyemprot dinding tempatnya
mengintip istrinya menikmati genjotan Tory.
Sungguh suatu pengalaman yang sangat
dahsyat bagi perawan seperti Lia ini. Seumur-umur baru kali inilah dia
merasakan nikmatnya senggama. Saat Tory melepas spermanya tumpah di
dalam vaginanya, Lia pun mendapatkan orgasme pertamanya. Kon Tol Tory
masih berada di dalam lubang vaginanya saat Pedro datang. Dia menepuk
punggung Tory, mengisyaratkan meminta ‘jatah’nya.
Lia menatap kehadiran Pedro dengan
pandangan penuh gairah dan birahi. Orgasme yang baru saja diraihnya
bersama Tory belum menghabiskan semangat libidonya. Kegatalan birahi
pada kemaluannya masih menuntut gesekan batang-batang penuh kejantanan
dari para pecundang ini. Dan begitu Pedro datang serta langsung
menembakkan rudalnya pada memiaw Lia, ditariknya tubuh Pedro. Dia ingin
Pedro ******* nonoknya dengan bibir tebal Pedro tetap melumat bibirnya.
Dia ingin menguras ludah dari mulut Pedro. Dia ingin mendengarkan
desah dan rintih Pedro yang merasa kelimpungan oleh jepitan vaginanya
langsung di telinganya.
Dia
ingin hidungnya mengendus seluruh keringat yang keluar dari tubuh
Pedro. Dia ingin Pedro melumat ketiaknya, payudara dan putingnya. Kini
Lia telah menjadi kuda betina yang binal. Dia tidak lagi memikirkan
Danny. Dia hanya ingin Danny bergabung dalam kenikmatan bersama ini.
Dia ingin Danny menerima kenyataan dunia
ini. Dia ingin Danny untuk tetap setia dan menurut saja pada dewa-dewa
jantan yang begundal dan brutal ini. Lia berkeyakinan kedua brandal
begundal brutal ini adalah dewa-dewa jantan yang membawa sejuta
kenikmatan. Danny harus patuh dan tunduk pada mereka.
Sementara itu di kamar lain…
Danny kini menyadari bahwa Pedro dan Tory telah memberikan kenikmatan tak terhingga pada Lia istrinya. Dia berfikir sederhana, kalau Kon Tol-Kon Tol Pedro dan Tory itu nikmat bagi Lia yang dicintainya, tentunya akan nikmat pula bagi Danny yang mencintainya khan? Suatu logika yang sangat rasional. Kalau Lia meminum dengan rasa segar ludah Pedro maupun Tory, tentunya ludah itu juga akan menyegarkan bagi Danny khan? Dan pada akhirnya semua bagian tubuh Pedro maupun Tory mestinya nikmat dan layak untuk dinikmati semuanya khan?
Danny kini menyadari bahwa Pedro dan Tory telah memberikan kenikmatan tak terhingga pada Lia istrinya. Dia berfikir sederhana, kalau Kon Tol-Kon Tol Pedro dan Tory itu nikmat bagi Lia yang dicintainya, tentunya akan nikmat pula bagi Danny yang mencintainya khan? Suatu logika yang sangat rasional. Kalau Lia meminum dengan rasa segar ludah Pedro maupun Tory, tentunya ludah itu juga akan menyegarkan bagi Danny khan? Dan pada akhirnya semua bagian tubuh Pedro maupun Tory mestinya nikmat dan layak untuk dinikmati semuanya khan?
Kini ganti Danny yang diserang rasa haus…
Tiba-tiba terdengar kunci kamar itu dibuka oleh seseorang. Nampak Pedro dan Tory masuk dan memeriksa wajah Danny. Kemudian dia periksa pula tongkolnya. Mereka tersenyum. Kemudian Pedro dan Tory memeriksa dinding di dekat kotak kayu dimana Danny tadi mengintip. Diamatinya dinding itu. Dan saat ditemukannya sperma Danny yang masih meleleh pada dinding, kembali Pedro dan Tory tersenyum puas. Danny berharap sumpal mulutnya dilepaskan seperti halnya Lia istrinya.
Tiba-tiba terdengar kunci kamar itu dibuka oleh seseorang. Nampak Pedro dan Tory masuk dan memeriksa wajah Danny. Kemudian dia periksa pula tongkolnya. Mereka tersenyum. Kemudian Pedro dan Tory memeriksa dinding di dekat kotak kayu dimana Danny tadi mengintip. Diamatinya dinding itu. Dan saat ditemukannya sperma Danny yang masih meleleh pada dinding, kembali Pedro dan Tory tersenyum puas. Danny berharap sumpal mulutnya dilepaskan seperti halnya Lia istrinya.
Tapi ternyata tidak. Kedua begundal itu
kini menyodorkan Kon Tol mereka ke wajahnya.
‘Ooohh…, mereka hendak membuang air kencingnya ke wajahku’, pikir Danny.
Danny menunggunya dengan perasaan penuh birahi. Dia amati Kon Tol Tory yang ujungnya bulat seperti jamur merang. Lubang kencingnya menganga lebar. Dan Ujung Kon Tol Pedro nampak agak belang. Kulupnya masih membungkus, tanda bahwa dia belum ngaceng sempurna.
‘Ooohh…, mereka hendak membuang air kencingnya ke wajahku’, pikir Danny.
Danny menunggunya dengan perasaan penuh birahi. Dia amati Kon Tol Tory yang ujungnya bulat seperti jamur merang. Lubang kencingnya menganga lebar. Dan Ujung Kon Tol Pedro nampak agak belang. Kulupnya masih membungkus, tanda bahwa dia belum ngaceng sempurna.
Dan akhirnya, seerrr… dan seeerrrrr…,
kencing Tory dan Pedro langsung mengguyur wajah Danny. Celana dalam
Pedro itu ternyata langsung menyerap cairan kuning itu. Di dalam
mulutnya, Danny merasakan hangat air kencing mereka berdua. Dia berusaha
menelannya sebanyak mungkin. Inilah obat haus bagi Danny. Sedemikian
banyaknya kencing Pedro dan Tory sehingga membuat Danny tampak seperti
mandi. Seluruh tubuhnya basah kuyup oleh air kencing mereka. Bau pesing
air kencing itu seakan-akan menjadi bau sedap bagi Danny yang sedang
horny.
Setelah selesai, Pedro
mengambil celana dalam yang menyumpal pada mulut Danny. Danny lega.
Akhirnya rahangnya dapat beristirahat setelah sekitar 4 jam menganga.
Tetapi ternya urusan masih belum selesai. Pedro memerintahkan Danny
untuk membuka mulutnya lagi. Diperasnya air kencing Pedro dan Tory yang
terserap dalam celana dalam Pedro itu ke mulut Danny. Dan tanpa
disuruh lagi Danny langsung menjilatinya.
Kemudian Tory berbicara.
?Kamu sekarang jadi budakku. Tahu?!?.
Danny seakan mendengar berita gembira. Dia mengangguk angguk senang. Kemudian Pedro menuntun menuju kamar dimana Lia masih terikat di ranjangnya.
?Hai, pelayanku, budakku, anjingku… Bersihkan nonok istrimu dari peju-peju (sperma) kami yang tertinggal di dalamnya. Kamu sedot dengan mulutmu sampai bersih. Cepat?.
?Kamu sekarang jadi budakku. Tahu?!?.
Danny seakan mendengar berita gembira. Dia mengangguk angguk senang. Kemudian Pedro menuntun menuju kamar dimana Lia masih terikat di ranjangnya.
?Hai, pelayanku, budakku, anjingku… Bersihkan nonok istrimu dari peju-peju (sperma) kami yang tertinggal di dalamnya. Kamu sedot dengan mulutmu sampai bersih. Cepat?.
Ternyata
Tory dan Pedro ini benar-benar seorang ahli kejiwaan yang hebat.
Mereka pakar sekali dalam hal mengubah, merusak dab menghancurkan
mental orang lain. Dan tampak sekarang…, Danny telah tercuci otaknya
menjadi budak yang penurut dan Kon Tol yang siap menunggu perintah
tuannya. Dia siap untuk melakukan apapun, termasuk minum air kencing
mereka atau bahkan lebih dari itu. Tidak ada lagi rasa tabu, jijik,
jorok bagi para budak mereka.
Lia
juga telah diubah sebagai budak seksnya.
Pasangan itu akhirnya kembali seperti halnya yang diharapkan oleh para
tamu dalam acara
pesta kemarin siang, ?Semoga Danny dan Lia selalu saling melengkapi?.
Dengan karakter baru setelah melalui garapan Tory dan Pedro, pasangan
Danny dan Lia tetap saling melengkapi. Setidak-tidaknya di depan para
berandal brutal itu.
Dan kini
Danny merangkak di lantai menuju tepian ranjang. Dia datangi nonok Lia
yang masih basah penuh sperma yang meleleh dari lubang vaginanya. Danny
harus membersihkan dengan lidahnya. Dia dekatkan bibirnya menuju
vagina yang penuh lelehan sperma Pedro dan Tory itu. Lidahnya menjilati
dan bibirnya langsung menyedotnya hingga nonok Lia kembali kosong.
Sejak kehadiran Danny kembali ke kamarnya
dan kemudian menjilati kemaluannya dari sisa-sisa sperma yang dibuang
Tory dan Pedro ke dalam vaginanya, Lia hanya dapat menyaksikan dengan
diam. Pandangannya pada Danny sudah hambar. Bukannya karena Danny tidak
dapat menyelamatkan dia saat-saat menderita. Tetapi Lia kini yakin
bahwa Danny tidak mungkin dapat memberikan kenikmatan ranjang macam
Pedro dan Tory. Danny tidak akan mampu merangsang birahinya untuk
meraih orgasmenya. Dan di mata Lia kini, Danny memang hanya pantas
menjadi budak atau ****** yang menjilati sperma buangan tuannya.
Semua yang dilakukan Danny sepenuhnya
berada dalam pengawasan Pedro dan Tory. Mereka puas melihat Danny.
Mereka juga puas melihat Lia. Kini tali-tali mereka akan dilepaskan.
Pedro dan Tory yakin bahwa Danny dan Lia sekarang bukan lagi Danny dan
Lia pada 4 jam yang lalu.
?Tadi saat kalian datang, kami sepenuhnya melayani kalian. Sekarang kamu menjadi pelayan-pelayan kami, menjadi budak-budak kami, menjadi ******-****** yang setia pada kami. Dengar, kami akan bermurah hati melepaskan tali kalian. Agar kalian selalu siap menjalankan perintah kami berdua?.
?Tadi saat kalian datang, kami sepenuhnya melayani kalian. Sekarang kamu menjadi pelayan-pelayan kami, menjadi budak-budak kami, menjadi ******-****** yang setia pada kami. Dengar, kami akan bermurah hati melepaskan tali kalian. Agar kalian selalu siap menjalankan perintah kami berdua?.
Kemudian tali-tali
mereka dilepaskan. Tory memerintahkan keduanya untuk mandi dan berganti
pakaian. Pedro dan Tory akan menunggu mereka untuk makan malam di
teras kebun. Tempat itu sengaja dipilih karena malam ini adalah malam
purnama. Danny dan Lia akan disuguhi pemandangan malam yang sangat
indah. Tory membisikkan kepada Danny dan Lia, bahwa dia telah memasak
makanan kesukaan mereka. Sebelum meninggalkan pasangan itu, Pedro dan
Tory menyampaikan selamat malam dengan sangat santun.
Langganan:
Postingan (Atom)